Dengan adanya film Innocence of
Muslims, seakan menambah lagi deretan para penghina Islam. Dulu pernah ada ayat-ayat setan bualan Salman Rusydi. Juga pernah terjadi heboh karikatur Nabi. Kita juga belum lupa akan ulah seorang anggota parlemen Belanda. Wielder. Sebagai umat beliau SAW, kaum muslimin menjadi
geram. Film ini jelas merendahkan dan menjatuhkan harga diri kita sebagai umat Nabi rahmat, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Terjadinya pembunuhan Duta Besar AS
untuk Libya dan beberapa rekannya sangat mungkin merupakan salah satu bentuk "kompensasi," atau manifestasi protes terhadap beredarnya film tersebut.
Ada beberapa catatan penting yang bisa kami sampaikan dalam menyikapi
fenomena semacam ini:
1. Wajib membenci sikap penghinaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan pelakunya.
Umat Islam sepakat bahwa menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah tindakan kekafiran. Bahkan mereka sepakat bahwa pelaku tindakan ini
wajib dibunuh, meskipun dia bertaubat, dan bahkan meskipun yang menghina itu
orang kafir.
Dalam Fatwa Islam (no. 22809) dinyatakan:
وهذا الإجماع قد حكاه غير واحد من أهل العلم كالإمام إسحاق بن
راهويه وابن المنذر والقاضي عياض والخطابي وغيرهم
Pernyataan sepakat bahwa penghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
wajib dibunuh, disampaikan oleh beberapa ulama, diantaranya: Imam Ishaq bin
Rahuyah, Ibnul Mundzir, al-Qodhi Iyadh, al-Khithabi dan yang lainnya. (Lihat ash-Sharim
al-Maslul, 2:13 – 16)
Dalil dari hadis, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, beliau
menceritakan:
أَنَّ يَهُودِيَّةً كَانَتْ تَشْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقَعُ فِيهِ ، فَخَنَقَهَا رَجُلٌ حَتَّى مَاتَتْ ،
فَأَبْطَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَمَهَا
“Ada seorang wanita Yahudi
yang mencela dan menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian
ada salah seorang yang mencekik wanita itu sampai
mati, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menuntut darahnya
(artinya tidak diqishah).” (HR. Abu Daud no. 4362).
2. Mengingat tindakan ini adalah bentuk kriminalitas, pihak yang berwenang
memberikan hukuman adalah pemerintah, dan bukan semua lapisan masyarakat. Dalam
Syaikh Abdurrahman al-Barrak mengatakan:
وإن كان السابّ معاهداً كالنصراني كان ذلك نقضاً لعهده ووجب قتله ،
ولكن إنما يتولى ذلك ولي الأمر
“Jika orang yang mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, seperti orang Nasrani, maka
sikap dia ini berarti telah membatalkan kesepakatan damai dengannya, sehingga
wajib dibunuh. Akan tetapi, yang melakukan hal itu adalah pemimpin.” (Fatwa
Islam, no. 14305)
Lebih dari itu, kaum muslimin berada di negara yang memiliki pemerintahan
yang sah. Bertindak sendiri tanpa perintah dari pemerintah, akan menimbulkan
permasalahan baru, yang bisa jadi justru dirinya disalahkan. Padahal, solusi
yang ditawarkan dalam Islam, adalah solusi yang tidak menimbulkan masalah baru.
Kita hanya wajib membantahnya, dan membalas celaannya, seperti mendoakan
keburukan untuk pelaku, tanpa menimbulkan masalah baru bagi umat Islam.
3. Jaminan dari Allah, orang yang menghina Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi
wa sallam pasti celaka.
Satu surat paling pendek yang hampir dihafalkan seluruh kaum muslimin.
Itulah surat al-Kautsar. Kita membacanya berulang kali, tapi mungkin tanpa
perenungan, sehingga terkadang kurang bisa merasakan.
Di akhir surat ini Allah menegaskan :
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya setiap orang yang membencimu, dialah orang yang terputus
dari segala bentuk kebaikan.” (QS. al-Kautsar: 3)
Ayat ini, meskipun turun berkenaan dengan orang kafir Quraisy yang menghina
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Abu Jahal, Abu Lahab,
al-Ash bin Wail, Uqbah bin Abi Mu’ith, namun hukumnya berlaku umum, bagi setiap
manusia yang membenci Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikhul Mufassir (bapak ahli tafsir) mengatakan:
إن الله تعالى ذكره أخبره أن مبغض رسول الله صلّى الله عليه وسلم هو
الأقل الأذل المنقطع عقبه، فذلك صفة كل من أبغضه من الناس، وإن كانت الآية نزلت في
شخص معين
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dialah orang yang lemah,
hina, yang terputus keturunannya. Itu merupakan sifat bagi setiap manusia yang
membenci beliau. Meskipun ayat ini turun berkenan dengan orang tertentu.” (Tafsir
at-Thabari, 12:726)
Dan ini menjadi tanda kenabian beliau, meskipun beliau sudah meninggal.
Seolah telah menjadi sunatullah, setiap orang yang menghina Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pasti celaka dunia akhirat.
Berikut beberapa bukti sejarah:
Pertama, semua orang yang menghina Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dari kalangan kafir Quraisy, mati dalam kondisi
mengenaskan. Abu Lahab mati dalam keadaan mengidap penyakit Adasah, badannya
mengeluarkan bau yang sangat busuk. Sampai tidak ada satupun keluarganya yang
mau mendekatinya. Dia dimandikan dengan disiram air dari jauh. Dan ketika
dikuburkan, orang-orang melempari tanah dan batu ke lubang kuburnya dari jauh.
Utbah bin Abu Lahab pernah menarik baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian meludahi wajah beliau yang mulia. Akhirnnya di suatu
perjalanan, kepalanya diterkam singa, padahal dia sudah berlindung di tengah
kerumunan rombongannya.
Abu Jahal dipenggal kepalanya oleh Ibnu Masud di kerumunan bangkai orang kafir yang berserakan
ketika perang badar, setelah dia dijatuhkan dengan serangan putra Afra dan
Muadz bin Amr bin Jauh.
Kisah-kisah lainnya, banyak disebutkan di buku-buku sirah.
Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengirim surat ajakan untuk masuk Islam kepada dua raja yang menguasai dunia
ketika itu. Kaisar (raja Romawi) dan Kisra (raja Persia). Keduanya tidak
menerima ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dengan sikap
yang berbeda. Raja Romawi menghormati surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan memuliakan orang yang membawa surat itu. Balasannya,
kerajaannya tetap utuh, sampai abad 15, kerajaan Romawi masih ada
Berbeda dengan raja Persia. Dia merobek-robek surat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hasilnya, kerajaannya runtuh di zaman Umar bin Khattab. Betapa pendek usianya.
Ketiga, dalam banyak kesempatan, ketika kaum muslimin
hendak menaklukkan musuhnya, mereka baru berhasil, setelah ada diantara musuh
mereka yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diceritakan Syaikhul Islam:
وقد كان المسلمون إذا حاصروا أهل حصن واستعصى عليهم ، ثم سمعوهم
يقعون في النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ويسبونه ، يستبشرون بقرب الفتح
، ثم ما هو إلا وقت يسير ، ويأتي الله تعالى بالفتح من عنده انتقاماً لرسوله
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dulu kaum muslimin, ketika mereka mengepung benteng musuh (ahli kitab) dan berusaha
menyerang mereka, kemudian mendengar mereka mencela kehormatan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menghina beliau, maka kaum muslimin langsung
bergembira dengan dekatnya kemenangan yang akan segera datang. Kemudian
terjadilah penaklukan hanya dengan masa penantian yang singkat. Allah
memberikan kemenangan, karena murka-Nya, membela utusan-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (ash-Sharim al-Maslul, 116).
Wallahu a'lam ...
ada baiknya anda baca juga : lima misi utama Islam
Wallahu a'lam ...
ada baiknya anda baca juga : lima misi utama Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar