Senin, 17 Desember 2012

Lima Misi Utama Islam



Lima Misi Utama Islam
Disampaikan oleh :  Ahmad Arief Ma’ruf

Seringkali terdengar protes atau setidaknya rasa kesal dari kalangan masyarakat, bahwa mengapa orang yang sehari-hari menunaikan ibadah shalat, zakat, puasa, dan bahkan pernah menunaikan ibadah haji, tetapi perilakunya belum  menggambarkan makna dari kegiatan ritual tersebut.  Lantas disimpulkan  bahwa,  ibadah ritual tidak selalu memberi dampak pada perilaku terpuji sehari-hari. Selain itu, seringkali terdengar ungkapan  pula bahwa pada setiap tahun jama’ah haji meningkat, akan tetapi kasus-kasus korupsi tidak pernah surut. Bahkan, banyak pejabat  yang berhaji dan umrah berkali-kali, tetapi perilaku korupnya tidak bisa berhenti. 

  
Sebenarnya misi Rasulullah saw yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Maka artinya, seorang muslim dalam melakukan apa saja harus didasari oleh akhlak mulia itu. Dalam berekonomi, politik,  mengembangkan pendididikan, hukum, bermasyarakat  dan lain-lain harus didasarkan pada akhlak yang luhur. Selalu dibayangkan bahwa,  tidak akan mungkin seorang muslim melakukan sesuatu yang  bertentangan dengan keyakinannya itu.
Namun sementara ini yang seringkali terjadi, bahwa masih terdapat pemisahan yang sedemikian tajam antara persoalan agama dan  persoalan kehidupan lain pada umumnya. Agama dianggap sebagai variabel tersendiri, terpisah dari kegiatan kehidupan  pada umumnya. Maka yang lahir adalah kehidupan pribadi yang tidak utuh. Seolah-olah antara ke pasar sebagai upaya mencari rizki dianggap berbeda dari ketika ke masjid untuk shalat berjama’ah. Ke masjid dianggap mencari bekal ke akherat, sementara ke pasar dianggap untuk mendapatkan rizki untuk mencukupi kegiatan di dunia.
Cara berpikir dikotomis seperti itulah kira-kira yang menjadikan Islam tidak dipandang sebagai ajaran yang utuh dan komprehensif hingga melahirkan perilaku yang terbelah itu. Maka akibatnya,  antara kegiatan ritual dan kegiatan sosial menjadi tidak  menyatu.  
Islam sedikitnya membawa lima misi besar untuk mengantarkan ummat manusia agar menjadi selamat dan sekaligus bertbahagia, baik di dunia maupun  di akherat. Saya memandang bahwa Islam bukan sebatas agama, melainkan juga peradaban.  Islam sebenarnya sebuah ajaran yang memiliki   kekuatan pengubah dan sekaligus memberikan petunjuk dan arah,  agar manusia dalam hidupnya  mendapatkan derajat mulia. Orang  yang demikian itu adalah memiliki karakter yang unggul.  Dengan demikian, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw bahwa, Islam datang di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia atau karakter yang unggul.
Adapun kelima misi besar yang dibawa oleh Islam itu adalah sebagai berikut:
I.                    Islam menjadikan ummatnya kaya ilmu. Ilmu yang dimaksudkan di sini lingkupnya sangat luas, yaitu bersumber pada ayat-ayat qawliyah dan sekaligus ayat-ayat kawniyah. Islam menganjurkan ummatnya untuk mempercayai yang ghaib, tetapi juga harus memikirkan ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Mestinya sebagai implementasi dari konsep itu,  kaum  muslimin dituntut   mengkaji ilmu fisika, kimia, biologi, matematika, psikologi, sosiologi, sejarah dan lain-lain. Dalam mempelajari ilmu ilmu dimaksud, sebagai pembeda dari kaum lainnya,  harus  mengawali dengan menyebut nama Allah, yaitu bismirabbika. Selain itu, kegiatan tersebut harus sampai pada kesadaran yang mendalam tentang keagungan asma Allah. Disebutkan  dalam al Qur’an  iqra’ warabbuka al-akram. Artinya kegiatan itu hingga berhasil  membangun  kesadaran tentang  keharusan memuliakan Allah. Dengan demikian mestinya, ummat Islam  kaya ilmu pengetahuan. 

II.                  Islam membangun tatanan sosial yang adil di tengah-tengah masyarakat manapun. Keadilan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang harus diwujudkan. Terdapat banyak sekali ayat-ayat al Qur’an yang memerintahkan ummatnya agar berbuat adil. Bahwa sebelum nabi Muhammad diutus sebagai rasul, masyarakat Arab terdiri atas kabilah atau suku-suku yang beraneka ragam. Antar suku saling berebut sumber-sumber ekonomi, pengaruh atau kekuasaan. Mereka yang kuat akan memenangkan  perebutan itu, hingga menguasai sumber-sumber kebutuhan hidup.
Dalam perebutan itu,  mereka yang kalah, yaitu rakyat biasa bukannya ditolong melainkan justru  ditindas dan bahkan dijadikan budak. Perbudakan sebagai sumber ketidak adilan ketika itu,  berkembang luar biasa.  Orang disamakan dengan binatang, yaitu dijual belikan di pasar-pasar. Harkat dan martabat manusia menjadi tidak ada harganya, sebagai akibat nafsu berkuasa dan menguasai sumber-sumber ekonomi itu. Dalam kondisi seperti itu,  Nabi Muhammad datang untuk membangun tatanan sosial yang adil dan bermartabat itu.

III.          Islam  menjadikan ummatnya meraih prestasi unggul. Sebagai makhluk yang berprestasi unggul, setidak-tidaknya memiliki empat ciri, yaitu (1) berhasil mengenal dirinya sebagai pintu mengenal tuhannya, (2) bisa dipercaya sebagaimana dicontohkan oleh  Muhammad sebagai anutannya adalah seorang yang dikaruniai gelar al amien, (3) bersedia untuk mensucikan dirinya, baik menyangkut pikirannya, hatinya dan raganya. Seorang muslim tidak selayaknya mengambil harta atau mengkonsumsi makanan yang tidak halal, dan (4) seorang muslim  di manapun berada selalu memberi manfaat bagi orang lain. Itulah manusia unggul yang diajarkan oleh Islam.

IV.                Islam memberikan tuntunan tentang bagaimana kegiatan ritual  seharunya dilakukan oleh setiap muslim. Kegiatan ritual yang dimaksudkan  itu,   seperti berdzikir, shalat, puasa, haji dan lain-lain-lain. Kegiatan itu sangat penting untuk membangun kekuatan spiritual bagi mereka yang menjalankannya.  Melalui kegiatan ritual itu, maka terbangun komunikasi antara manusia  dengan Dzat Yang Maha Pencipta. Dengan kegiatan ritual itu pula maka terbangun sikap mulia seperti rendah hati, sabar, ikhlas, amanah, peduli sesama, saling mencintai dan lain-lain.

V.                  Konsep amal shaleh. Amal secara sederhana bisa diartikan bekerja, sedangkan shaleh artinya adalah lurus, benar, tepat atau sesuai. Maka amal shaleh sebenarnya bisa diartikan,  bekerja secara profesional.  Dengan beramal shaleh maka artinya adalah  bahwa setiap perbuatan kaum muslimin harus dilakukan secara baik, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional akan mendatangkan hasil maksimal.
Umpama misi Islam itu berhasil diimplementasikan oleh ummatnya, sehingga ummat Islam menjadi kaya ilmu, meraih pribadi unggul, berada pada tatanan sosial yang adil, menjalankan kegiatan ritual secara sempurna untuk membangun spiritual dan pekerjaan selalu ditunaikan  secara profesional, maka ummat Islam akan meraih kemajuan yang luar biasa. Namun sayangnya, dari kelima  misi Islam tersebut, oleh sementara kaum muslimin,  baru  ditangkap  pada aspek ritualnya. Sedangkan aspek lainnya belum dipandang sepenuhnya sebagai bagian dari Islam. Oleh karena itu, menjadi wajar manakala selama ini, ummat Islam masih  belum meraih kemajuan sebagaimana yang selama ini diharapkan. Sebab,  Islam baru dipandang sebagai kegiatan ritual belaka. 

Oleh karena itu, agar Islam menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara utuh,  maka ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad harus dipahami secara utuh pula. Islam harus dipahami  sebagai ajaran yang setidaknya, membawa kelima  misi besar sebagaimana dikemukakan di muka. Islam semestinya tidak saja dipahami sebagai agama, melainkan juga sebagai konsep tentang peradaban unggul. Konsep tersebut harus diperkenalkan melalui pendidikan secara terus menerus, agar ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., benar-benar  menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara sempurna, dan tidak lagi dipahami  hanya sebagiannya saja,  sebagaimana yang kebanyakan terjadi selama  ini. Wallahu a’lam.

                  Sumber : “Islam dan Pendidikan Karakter,” (http://www.uin-malang.ac.id)

Baitul Makmur, Imogiri
Kajian Ahad Kliwon, 06 Mei 2012

anda sebaiknya membaca juga : The Nine Golden Habit

1 komentar:

  1. Alhamdulillah, mencerahkan, umat islam yang hanya menjalankan ritual ibadah saja, tapi ritual sosial kemasyarakatannya masih dilupakan.

    BalasHapus