Minggu, 16 Desember 2012

Kajian Ahad Kliwon

PENTINGNYA MUHASABAH (MAWAS DIRI)

(oleh : Bunda Shoimah Kastholani)


Q.S 59/Al-Hasr : 18     

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”.


HADIS RASULULLAH saw   :

“Bahagia dan beruntung orang yang senantiasa meneliti aib sendiri, sehingga tidak sempat meneliti aib orang lain.”



Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan amalan intiqad. Amalan Intiqad adalah perbuatan mengoreksi kesalahan atau kekurangan diri sendiri untuk melakukan perbaikan. Pada dasarnya sebenarnya melakukan koreksi tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi dapat juga ditujukan kepada orang lain baim perorangan maupun institusi, namun ada syarat yakni dilakukan untuk amar ma’ruf nahi munkar dan disampaikan dengan penuh kebijaksanaan.  Intiqad ada juga yang menyebutnya muhasabbah atau menghitung-hitung kekurangan untuk dilakukan penyempurnaan. Jika ditujukan pada institusi adalah  evaluasi untuk  mengukur seberapa sukses karya yang telah dilakukan. Apakah kinerja kita menuju kemajuan atau malah sebaliknya menuju kemunduran. Berdasarkan evaluasi ini, kita tentukan langkah apa yang akan diperbuat di masa mendatang, baik dalam jangka tahunan, bulanan, mingguan, atau harian.

Proses evaluasi dan perencanaan berdasarkan ayat ini, bukanlah untuk kehidupan dunia semata, melainkan juga kehidupan akhirat. Setiap saat seyogyanya kita melihat amalan apa yang pernah dilakukan sebagai bekal di akhirat kelak.

  Perbedaan sukses dan tidaknya seseorang, terletak seberapa mampu ia menahan hawa nafsu. Hal ini tidak hanya berlaku bagi orang islam. Orang kafir sekalipun, manakala ia mampu mengekang jiwa meraka maka ia akan menggapai puncak karir di dunia. Alloh menerangkan bahwa nabi Bani Israil telah menjadi pemimpin umat, ketika mereka sabar dan tabah terhadap ujian serta yakin terhadap ayat-ayat Alloh. 

Dalam QS As-sajdah 24 Allah berfirman,  

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”.

Bagaimana Nabi Yusuf sabar atas aniaya saudara dan fitnah majikan perempuannya. Bagaimana Dawud dan Sulaiman sabar atas fitnah dari kaumnya diri, Luth sabar dari cobaan istrinya yang mengikuti kebiasaan buruk bangsanya. dan Musa sabar atas kekejaman Fir’aun. Isa Almasih sabar dari penghianatan muridnya sendiri. Semuanya merasa dikuatkan dengan percaya dengan pertolongan Allah. dan Allah memiliki sifat (لاَ يُخْلِفُ الْمِعَادْ)  

Untuk itu, marilah kita menjadi garda terdepan untuk meraih kesuksesan. Dengan mengevaluasi seberapa banyak karya yang telah dihasilkan bagi umat , seberapa kita memanfaatkan umur kemanfaatan umat. Seberapa banyak amalan yang telah dilakukan dengan penuh keikhlasan.  

Umar bin Al Khattab berkata : “hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah sebelum ia ditimbang, bila itu lebih mudah bagi kalian dihari hisab kelak untuk menghisab dirimu dihari ini, dan berhiaslah kalian untuk pertemuan akbar, pada saat amalan dipamerkan dan tidak sedikitpun yang dapat tersembunyii dari kalian”

Di hari kiamat mulut kita dikunci, dan anggota badan kita yang akan bersaksi sebagaimana di sinyalkan Allah pada Q.S 36/Yasin : 65

“Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”.



Bagaimana cara kita bermuhasabah? Ada 3 jenis proses introspeksi (Muhasabah) yang bisa kita jadikan acuan yakni,

1.   Muhasabah sebelum beramal. Maksudnya, apakah amalan yang akan dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasul atau tidak, apakah sudah diniatkan karena Allah atau bukan. Hal ini dilakukan agar amalan kita sia-sia. Adakah hadis tentang menghadiahkan pahala bagi orang yang sudah meninggal, toh Allah berfirman dalam Q.S An-Najm/53 : 39

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya”.

Bukankah Rasulullah juga bersabda bila sesorang yang telah meninggal dunia itu terputus pahalanya

2.  Muhasabah ketika sedang beramal. Maksudnya, apakah jalan yang sedang dilalui sudah benar atau belum untuk mencapai tujuan. Benarkah aku berkeiatan sebagai sarana untuk ibadah kepada Allah

3. Muhasabah setelah beramal. Maksudnya, apakah amal yang sudah dikerjakan bermanfaat bagi umat atau tidak?.  Benarkah aku ikhlas ketika aku bersedekah?



Apa sebenarnya urgensi ikhlas itu?


Sifat ikhlas memiliki peranan yang sangat penting bagi seorang muslim dalam mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan keseharian. Beberapa tentang ikhlas ini sebagai berikut :



1.    Hakikat hidup adalah beribadah yang harus dilakukan dengan ikhlas.

Dalam ajaran Islam, hakikat hidup yang sesungguhnya ialah melaksanakan instrukri robbani yaitu ibadah (Adz-Dzariyat : 56). Dalam melaksanakan ibadah ini semata-sama harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, menggapai keridhoan Alloh.  Tiada artinya seluruh aktivitas ibadah yang dilakukan tanpa diiringi dengan keikhlasan.


2.  Ibadah tidak akan diterima kalau tidak berdasarkan pemahaman yang benar dan ikhlas.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa manusia-manusia terbaik akan masuk neraka, padahal mereka adalah orang yang sering berjihad, berinfaq dan membaca al-Quran. Allah SWT menolak amalan mereka karena amalan yang dilakukannya tidak ikhlas. Orang yang berjihad ingin dikatakan sebagai seorang pemberani, orang yang berinfak ingin dikatakan seorang dermawan, dan orang yang membaca al-Quran ingin dikatakan sebagai seorang qori (bacaannya bagus). Orang yang mengajar agar dikatakan mu’alim. Sedangkan Allah telah memerintahkan dalam beribadah dalam Al Bayyinah : 5.



3.   Hidup adalah pertarungan antara haq dan bathil, antara ahli iman dan kufur, antara kekasih Allah dan musuh Allah. Dan orang yang beriman dimenangkan Allah saat ia ikhlas.

Tetapi bagaimana akhirnya seorang yang ahli ibadah dikalahkan syetan karena kehilangan ikhlas (Kisah Penebang Kayu dengan Syetan). Sejarah mencatat bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kekalahan umat islam dalam berperang adalah  kehilangan rasa ikhlas. Saat perang uhud, sebagian pasukan islam memburu ghonimah (rampasan perang) dan mereka lupa kepada Allah. Sehingga pasukan umat islam saat itu mengalami kekalahan.  Begitupula saat perang  Hunain, jumlah pasukan islam lebih banyak jumlahnya dibanding pasukan musuh. Segelintir orang tidak memiliki rasa ikhlas, mereka merasa di atas angin karena jumlah pasukan yang banyak. Namun yang terjadi justru pasukan islam mendapat kekalahan. Baru setelah bertaubat kepada Alloh, pasukan islam mendapat kemenangan berkat bantuan tentara malaikat yang diturunkan langsung oleh Alloh SWT.  



4.   Tobat akan diterima jika dilakukan dengan murni atau  bersih (taubatannasuha).

Allah SWT akan mengampuni dosa seseorang , manakala ia bertobat dengan taubat yang bersih atau murni(taubatnnasuha). Dan kunci dari tobat yang bersih dan murni ini adalah ikhlas. sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S 4 : 17

“Sesungguhnya Taubat di sisi Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan[277], yang Kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

[277]  maksudnya ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan Karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau Karena dorongan hawa nafsu.



5.    Diberikan nafas yang panjang dalam beribadah.

Dalam realitas keseharian, permasalahan yang menimpa kita bukanlah tidak melakukan ibadah, namun ibadah itu kita lakukan dengan sesuatu yang sisa, bisa juga karena mengulur-ulur waktu. Kita membaca al-Quran menunggu malam Jumat tiba atau bulan Romadhan tiba atau bahkan sekali seumur hidup saat keluarga atau orang tua meninggal dunia. Shalat tahajut manakal ada keinginan yang mengharap pertolongan Allah, atau tahajut danti jika tarawih. Bagaimana mungkin kita menjadi yang terbaik, kalau ibadah dilakukan dengan sesuatu yang sisa. Dengan sifat ikhlas, kita akan memiliki nafas panjang dalam beribadah. Karena ibadah yang dilakukan murni karena Allah semata, bukan manusia, organisasi, jemaah, atau organisasi.



6.    Dengan keikhlasan, seluruh potensi di dunia bisa berguna di akhirat kelak.

Harta, anak, rumah dan asset dunia lainnya pada hakikatnya tidak ada gunanya kalau tidak dikelola dengan ikhlas. Bagi orang yang ikhlas, semua aset dunia akan ada manfaatnya, karena di dunia digunakan untuk kepentingan akhirat, baik perilakunya, hartanya, isteri dan anak maupun tetangga, sahabat dan familinya. Sesorang yang meninggal dunia akan diberangkatkan ke makam, harta yang dulu dibanggakan tetap ditinggalkan, tanpa menghantarkan meski hanya sampai dipintu rumah. Isteri dan anak-anak yang dicintai paling hanya akan menghantarkan sampai di gerbang halaman. Tetangga, sanak famili dulu ditolong, tapi mungkin ada pula yang dibenci, mau menghantarkan ke makam, tetapi dibayar berapapun tidak ada yang mau menemani di liang lahat. Namun amal yang dulu agak di sia-siakan, di lalaikan sanggup menemani di liang lahat bahkan menemaninya saat dihakimi oleh Munkar dan nakir. Mari bermuhasabah sudah seberapa banyak amal yang akan menemani di liang lahat nanti> sedang ada nasehat kubur

Aku tempat yang gelap terangilah aku dengan shalat tahajut

Aku tempat yang sempit, perluaslah aku dengan silaturahmi

Aku tempat yang sepi ramaikan dengan bacaan Al-Qur’an

Aku tempat binatang berbisa, bersihkan raungnya dengan shadaqah

Aku tempat Munkar-Nakir bersoal jawab, lancarkan jawaban dengan memperbanyak lafal “La ilaha illallah”



*)disampaikan pada Kajian Rutin Ahad Kliwon 02 Desember 2012 di masjid Baitul Makmur Kunden Sidoarjo Imogiri bersama MTDK PCM Imogiri 


anda perlu juga membaca : lima misi utam Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar