PENTINGNYA MUHASABAH (MAWAS DIRI)
(oleh : Bunda Shoimah Kastholani)
Q.S 59/Al-Hasr : 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah
orang-orang yang fasik”.
HADIS RASULULLAH saw :
“Bahagia dan beruntung orang yang senantiasa
meneliti aib sendiri, sehingga tidak sempat meneliti aib orang lain.”
Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan
amalan intiqad. Amalan Intiqad adalah perbuatan mengoreksi
kesalahan atau kekurangan diri sendiri untuk melakukan perbaikan. Pada dasarnya
sebenarnya melakukan koreksi tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi dapat juga
ditujukan kepada orang lain baim perorangan maupun institusi, namun ada syarat
yakni dilakukan untuk amar ma’ruf nahi munkar dan disampaikan dengan penuh
kebijaksanaan. Intiqad ada juga yang
menyebutnya muhasabbah atau menghitung-hitung kekurangan untuk dilakukan
penyempurnaan. Jika ditujukan pada institusi adalah evaluasi untuk mengukur seberapa sukses karya yang telah dilakukan.
Apakah kinerja kita menuju kemajuan atau malah sebaliknya menuju kemunduran.
Berdasarkan evaluasi ini, kita tentukan langkah apa yang akan diperbuat di masa
mendatang, baik dalam jangka tahunan, bulanan, mingguan, atau harian.
Proses evaluasi dan perencanaan berdasarkan
ayat ini, bukanlah untuk kehidupan dunia semata, melainkan juga kehidupan
akhirat. Setiap saat seyogyanya kita melihat amalan apa yang pernah dilakukan
sebagai bekal di akhirat kelak.
Perbedaan sukses dan tidaknya seseorang,
terletak seberapa mampu ia menahan hawa nafsu. Hal ini tidak hanya berlaku bagi
orang islam. Orang kafir sekalipun, manakala ia mampu mengekang jiwa meraka
maka ia akan menggapai puncak karir di dunia. Alloh menerangkan bahwa nabi Bani
Israil telah menjadi pemimpin umat, ketika mereka sabar dan tabah terhadap
ujian serta yakin terhadap ayat-ayat Alloh.
Dalam QS As-sajdah 24 Allah
berfirman,
“Dan Kami jadikan di
antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”.
Bagaimana Nabi Yusuf sabar atas aniaya saudara
dan fitnah majikan perempuannya. Bagaimana Dawud dan Sulaiman sabar atas fitnah
dari kaumnya diri, Luth sabar dari cobaan istrinya yang mengikuti kebiasaan
buruk bangsanya. dan Musa sabar atas kekejaman Fir’aun. Isa Almasih sabar dari
penghianatan muridnya sendiri. Semuanya merasa dikuatkan dengan percaya dengan
pertolongan Allah. dan Allah memiliki sifat (لاَ
يُخْلِفُ
الْمِعَادْ)
Untuk itu, marilah kita menjadi garda terdepan
untuk meraih kesuksesan. Dengan mengevaluasi seberapa banyak karya yang telah
dihasilkan bagi umat , seberapa kita memanfaatkan umur kemanfaatan umat.
Seberapa banyak amalan yang telah dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Umar bin Al Khattab berkata : “hisablah dirimu
sebelum dihisab, dan timbanglah sebelum ia ditimbang, bila itu lebih mudah bagi
kalian dihari hisab kelak untuk menghisab dirimu dihari ini, dan berhiaslah
kalian untuk pertemuan akbar, pada saat amalan dipamerkan dan tidak sedikitpun
yang dapat tersembunyii dari kalian”
Di hari kiamat mulut kita dikunci, dan anggota
badan kita yang akan bersaksi sebagaimana di sinyalkan Allah pada Q.S 36/Yasin
: 65
“Pada
hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”.
Bagaimana cara kita bermuhasabah? Ada 3 jenis
proses introspeksi (Muhasabah) yang bisa kita jadikan acuan yakni,
1. Muhasabah sebelum beramal.
Maksudnya, apakah amalan yang akan dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasul atau
tidak, apakah sudah diniatkan karena Allah atau bukan. Hal ini dilakukan agar
amalan kita sia-sia. Adakah hadis tentang menghadiahkan pahala bagi orang yang
sudah meninggal, toh Allah berfirman dalam Q.S An-Najm/53 : 39
“Dan bahwasanya seorang manusia
tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya”.
Bukankah
Rasulullah juga bersabda bila sesorang yang telah meninggal dunia itu terputus
pahalanya
2. Muhasabah ketika sedang beramal.
Maksudnya, apakah jalan yang sedang dilalui sudah benar atau belum untuk
mencapai tujuan. Benarkah aku berkeiatan sebagai sarana untuk ibadah kepada
Allah
3. Muhasabah setelah beramal.
Maksudnya, apakah amal yang sudah dikerjakan bermanfaat bagi umat atau tidak?. Benarkah aku ikhlas ketika aku bersedekah?
Apa sebenarnya urgensi ikhlas itu?
Sifat
ikhlas memiliki peranan
yang sangat penting bagi seorang muslim dalam
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan keseharian. Beberapa tentang ikhlas
ini sebagai berikut :
1. Hakikat hidup adalah beribadah yang harus
dilakukan dengan ikhlas.
Dalam
ajaran Islam, hakikat hidup yang sesungguhnya ialah melaksanakan instrukri robbani yaitu ibadah (Adz-Dzariyat : 56). Dalam melaksanakan
ibadah ini semata-sama harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, menggapai
keridhoan Alloh. Tiada artinya seluruh aktivitas ibadah yang
dilakukan tanpa diiringi dengan keikhlasan.
2. Ibadah tidak akan diterima kalau tidak
berdasarkan pemahaman yang benar dan ikhlas.
Dalam
sebuah hadits dikatakan bahwa manusia-manusia terbaik akan masuk neraka,
padahal mereka adalah orang yang sering berjihad, berinfaq dan membaca
al-Quran. Allah SWT menolak amalan mereka karena amalan yang dilakukannya
tidak ikhlas. Orang yang berjihad ingin dikatakan sebagai seorang pemberani,
orang yang berinfak ingin dikatakan seorang dermawan, dan orang yang
membaca al-Quran ingin dikatakan sebagai seorang qori (bacaannya
bagus). Orang yang mengajar agar dikatakan mu’alim. Sedangkan Allah
telah memerintahkan dalam beribadah dalam Al Bayyinah : 5.
3. Hidup adalah pertarungan antara haq dan bathil,
antara ahli iman dan kufur, antara kekasih Allah dan musuh Allah. Dan orang
yang beriman dimenangkan Allah saat ia ikhlas.
Tetapi bagaimana akhirnya seorang yang
ahli ibadah dikalahkan syetan karena kehilangan ikhlas (Kisah Penebang
Kayu dengan Syetan). Sejarah mencatat bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan kekalahan umat islam dalam berperang adalah kehilangan rasa ikhlas.
Saat perang uhud, sebagian pasukan islam memburu ghonimah (rampasan
perang) dan mereka lupa kepada Allah. Sehingga pasukan umat islam saat itu
mengalami kekalahan. Begitupula saat perang Hunain, jumlah
pasukan islam lebih banyak jumlahnya dibanding pasukan musuh. Segelintir
orang tidak memiliki rasa ikhlas, mereka merasa di atas angin karena jumlah
pasukan yang banyak. Namun yang terjadi justru pasukan islam mendapat
kekalahan. Baru setelah bertaubat kepada Alloh, pasukan islam
mendapat kemenangan berkat bantuan tentara malaikat yang diturunkan langsung
oleh Alloh SWT.
4. Tobat
akan diterima jika dilakukan dengan murni atau bersih (taubatannasuha).
Allah
SWT akan mengampuni dosa seseorang , manakala ia bertobat dengan
taubat yang bersih atau murni(taubatnnasuha). Dan kunci dari tobat yang bersih dan
murni ini adalah ikhlas. sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S 4 : 17
“Sesungguhnya Taubat di sisi
Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran
kejahilan[277], yang Kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka
Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
[277]
maksudnya ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui
bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2.
orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang
melakukan kejahatan Karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau Karena
dorongan hawa nafsu.
5. Diberikan
nafas yang panjang dalam beribadah.
Dalam
realitas keseharian, permasalahan yang menimpa kita bukanlah tidak
melakukan ibadah, namun ibadah itu kita lakukan dengan sesuatu yang sisa,
bisa juga karena mengulur-ulur waktu. Kita membaca al-Quran menunggu malam
Jumat tiba atau bulan Romadhan tiba atau bahkan sekali seumur hidup
saat keluarga atau orang tua meninggal dunia. Shalat tahajut manakal ada
keinginan yang mengharap pertolongan Allah, atau tahajut danti jika tarawih. Bagaimana
mungkin kita menjadi yang terbaik, kalau ibadah dilakukan dengan sesuatu
yang sisa. Dengan sifat ikhlas, kita akan memiliki nafas panjang dalam
beribadah. Karena ibadah yang dilakukan murni karena Allah
semata, bukan manusia, organisasi, jemaah, atau organisasi.
6. Dengan keikhlasan, seluruh potensi di dunia
bisa berguna di akhirat kelak.
Harta,
anak, rumah dan asset dunia lainnya pada hakikatnya tidak ada gunanya kalau
tidak dikelola dengan ikhlas. Bagi orang yang ikhlas, semua aset dunia akan ada
manfaatnya, karena di dunia digunakan untuk kepentingan akhirat, baik perilakunya,
hartanya, isteri dan anak maupun tetangga, sahabat dan familinya. Sesorang yang
meninggal dunia akan diberangkatkan ke makam, harta yang dulu dibanggakan tetap
ditinggalkan, tanpa menghantarkan meski hanya sampai dipintu rumah. Isteri dan
anak-anak yang dicintai paling hanya akan menghantarkan sampai di gerbang
halaman. Tetangga, sanak famili dulu ditolong, tapi mungkin ada pula yang
dibenci, mau menghantarkan ke makam, tetapi dibayar berapapun tidak ada yang
mau menemani di liang lahat. Namun amal yang dulu agak di sia-siakan, di
lalaikan sanggup menemani di liang lahat bahkan menemaninya saat dihakimi oleh
Munkar dan nakir. Mari bermuhasabah sudah seberapa banyak amal yang akan
menemani di liang lahat nanti> sedang ada nasehat kubur
Aku tempat yang gelap terangilah aku dengan shalat
tahajut
Aku tempat yang sempit, perluaslah aku dengan
silaturahmi
Aku tempat yang sepi ramaikan dengan bacaan
Al-Qur’an
Aku tempat binatang berbisa, bersihkan raungnya
dengan shadaqah
Aku tempat Munkar-Nakir bersoal jawab, lancarkan
jawaban dengan memperbanyak lafal “La ilaha illallah”
*)disampaikan pada Kajian Rutin Ahad Kliwon 02
Desember 2012 di masjid Baitul Makmur Kunden Sidoarjo Imogiri bersama MTDK PCM
Imogiri
anda perlu juga membaca : lima misi utam Islam
anda perlu juga membaca : lima misi utam Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar