TENTANG
SIFAT AMARAH
(ustadz Yusron Asrofi)
Pengantar Redaksi.
Bismillahirrahmanirrahim.Pengantar Redaksi.
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Ba’da syukur
dan salawat ...
Salah satu sifat yang secara “naluri” ada pada
setiap manusia adalah sifat amarah
(ghadzab). Dan Islam mengajarkan secara komprehensif bagaimana cara “mengelola”
sifat tersebut agar tidak berdampak
destruktif baik bagi diri maupun orang lain.
Bulan ramadlan sendiri bahkan disebut-sebut sebagai bulan “shabar.”
Tentu, salah satu ujud shabar adalah kemampuan
mengelola secara baik sifat amarah tersebut.
Adapun manusia terbagi
menjadi 4 kelompok dalam hal sifat amarah ini, yaitu :
1.
Cepat/
gampang marah namun juga gampang/cepat reda
amarahnya.
2.
Tidak
mudah marah tapi sekali marah sukar sembuhnya.
3.
Cepat/gampang
marah tetapi sukar/lama reda amarahnya.
4.
Tidak
gampang marah tapi bila marah gampang/cepat
reda.
Termasuk dalam nomor
berapakah diri kita ?
Bersama ustadz Yusron Asrofi kita akan simak.
Bersama ustadz Yusron Asrofi kita akan simak.
Semoga kehadiran
Ramadlan akan semakin membawa dampak
positif dalam semua aspek kehidupan
kita. Marhaban Ya Ramadlan.
Kita sebagai manusia terkadang masuk ke
dalam situasi dimana kita menjadi emosi atau bahkan marah.
Dalam situasi tertentu, marah itu dibolehkan.
TUNTUNAN UMUM SOAL MARAH
1.
JANGAN SUKA MARAH
Seorang
laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Berilah aku
wasiat?" beliau bersabda: "Janganlah kamu marah." Laki-laki itu
mengulangi kata-katanya, beliau tetap bersabda: "Janganlah kamu
marah." (HR Bukhari 5651)
Perasaan dongkol saja sebaiknya ditahan,
dan jangan diletupkan menjadi kemarahan. Hal yang baik lagi dilakukan adalah
memaafkan orang:
Surat Ali ‘Imran (3) ayat 134 : ….” (yaitu) orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Nabi Ya’qub juga disebut di
dalam al_Qur’an sebagai Nabi yang bisa menahan amarahnya terhadap anak-anaknya.
Yusuf (12) ayat 84 : “ Dan
Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka
citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan
dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).”
Nabi Muhammad sendiri oleh Allah disuruh bersabar dan menahan marah.
Al-Qalam (68) ayat 48 : “Maka
bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu
seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia
dalam keadaan marah (kepada kaumnya).”
2. KALAU
SUDAH TERLANJUR MARAH
ATAU HAMPIR MARAH
Ucapkanlah:
"A'uudzubillahi
minasy syaithaanir rajiim." (Aku
memohon perlidungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk)
Sulaiman bin Shurd berkata; "Ada
dua orang yang saling mencerca di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
sementara kami duduk-duduk di samping beliau, salah seorang darinya mencerca
temannya sambil marah, hingga wajahnya memerah, maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat yang
apabila ia membacanya, niscaya kemarahannya akan hilang, sekiranya ia
mengatakan; "A'uudzubillahi minasy syaithaanir rajiim." Lalu orang-orang berkata kepada laki-laki itu; "Apakah
kamu tidak mendengar apa yang di katakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam? Justru laki-laki itu menimpali; "Sesungguhnya aku tidaklah
gila." (HR Bukhari 5650)
Di
dalam hadits lain riwayat Abu Dawud yang didha’ifkan oleh Al-Albani disebutkan
bahwa "Sesungguhnya marah itu dari
setan . . . . .“ (HR Abu Dawud 4152)
Dari
sisi makna, hadits ini sesuai dengan tuntunan bahwa kalau marah maka berdoalah "A'uudzubillahi minasy syaithaanir
rajiim." (Aku memohon perlindungan kepada
Allah dari godaan syaitan yang terkutuk).
Kata
syaitan yang terkutuk itu artinya adalah syaitan yang jauh atau tertolak dari
segala macam kebaikan.
Inti
dari tuntunan ini adalah bertengkar dengan marah sesama
saudara seiman itu jauh dari segala macam kebaikan. Atau tegasnya lagii, tidak ada
kebaikan sama sekali bertengkar dalam keadaan marah dengan sesama saudara
seiman.
Dan setelah membaca A’udzubillah . . . .dst, terus diam saja,
menahan diri untuk tidak mengucapkan apa-apa:
Beliau
bersabda: "Ajarilah (orang lain) dan mudahkanlah serta jangan mempersulit,
jika salah seorang di antara kalian marah maka hendaklah dia diam." HR
Ahmad 2029 Al-Albani: Shahih
3.
APABILA MARAH DALAM KEADAAN BERDIRI, MAKA DUDUKLAH. KALAU MASIH MARAH
MAKA BERBARINGLAH. INSYA ALLAH MARAH
AKAN HILANG.
Abu Dzar ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami: "Jika salah seorang dari
kalian marah dan ia dalam keadaan berdiri, hendakah ia duduk. Jika rasa marahnya hilang (maka itu yang dikehendaki), jika
tidak hendaklah ia berbaring." (HR Abu Dawud 4151 Al-Albani: Shahih)
Dalam
riwayat lain yang shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad menceritakan bagaimana
tuntunan ini dijalankan oleh Abu Dzar:
Telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Dawud bin
Abu Hindin dari Abu Harb bin Abu Aswad dari Abu Aswad dari Abu Dzar dia
berkata, "Ketika dia sedang mengisi air di ember miliknya, datanglah sekelompok orang yang
salah seorang dari mereka berkata, "Siapakah di antara kalian yang akan
menghampiri Abu Dzar dan mengambil rambut kepalanya?" lalu seseorang
berkata, "Saya!" Kemudian laki-laki itu mendatangi Abu Dzar, ia lalu
memukul ember airnya hingga pecah. Saat itu Abu Dzar dalam kondisi tegak
berdiri, kemudian dia duduk dan berbaring, maka ditanyalah ia, "Wahai Abu
Dzar, kenapa kamu duduk kemudian berbaring?" Abu Dzar berkata,
"Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda
kepada kami: "Jika salah seorang di antara kalian marah sementara ia
sedang berdiri, maka hendaklah ia duduk, jika kemarahan itu reda (itulah yang
diharapkan), jika tidak maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad 20386
Al-Albani: Shahih)
وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ
كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ (37)
[الشورى/37]
4. KETIKA ADA ORANG MARAH ATAU MEMBIKIN MARAH KEPADA MEREKA MAKA
KEMUDIAN MEREKA
MEMBERI MAAF ORANG TERSEBUT
Asy-Syuuraa (42) ayat 37 “...dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila ada yang bikin mereka marah mereka memberi maaf.”
Ini adalah sebuah tuntunan akhlaq mulia dan bagusnya watak atau sifat. Jadilah orang semacam ini berwatak lembut, tenang dan calm (kalem). Bagusnya akhlaq menjadi watak, sifat, karakter dan kepribadiannya. Sampai-sampai kalau ada orang yang membikinnya marah baik dengan ucapan atau perbuatan, mereka menahan rasa dongkolnya dan tidak melampiaskannya menjadi kemarahan. Tetapi, justru orang semacam ini memaafkannya. Mereka menghadapi kejelekan dengan kebaikan, memberi maaf dan lapang dada.
Fussilat (41):34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
41:35. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.
41:36. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Perhatikan juga ayat berikut:
Asy-Syuuraa (42) ayat 37 “...dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila ada yang bikin mereka marah mereka memberi maaf.”
Ini adalah sebuah tuntunan akhlaq mulia dan bagusnya watak atau sifat. Jadilah orang semacam ini berwatak lembut, tenang dan calm (kalem). Bagusnya akhlaq menjadi watak, sifat, karakter dan kepribadiannya. Sampai-sampai kalau ada orang yang membikinnya marah baik dengan ucapan atau perbuatan, mereka menahan rasa dongkolnya dan tidak melampiaskannya menjadi kemarahan. Tetapi, justru orang semacam ini memaafkannya. Mereka menghadapi kejelekan dengan kebaikan, memberi maaf dan lapang dada.
Fussilat (41):34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
41:35. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.
41:36. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Perhatikan juga ayat berikut:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا
لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ رَحِيمٌ (14) [التغابن/14]
At-Taghabun (64):14. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan berlapang dada (tidak memarahi) serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah memberi peringatan kepada kita bahwa kadangkala pasangan kita (suami atau istri) dan juga anak-anak kita itu menjadi musuh bagi kita oleh karena itu kita perlu berhati-hati dan waspada terhadap mereka. Pasangan kita atau anak kita, kalau mereka membawa kepada kejelekan itu artinya mereka menjadi musuh kita. Oleh karena itu, kita tidak perlu bahkan kita dilarang mengikuti kemauan mereka. Selanjutnya Allah memberi tuntunan begini: “jika kamu memaafkan dan berlapang dada (tidak memarahi) serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Contoh perlakuan lembut dan sabar serta tidak marahnya Nabi saw kepada istrinya yang cemburu kemudian melampiaskan kemarahannya. Nabi saw tetap sabar:
Suatu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada di tempat isterinya. Lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka isteri Nabi yang beliau saat itu sedang berada dirumahnya memukul piring yang berisi makanan, maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda: "Ibu kalian rupanya sedang terbakar cemburu." Kemudian beliau menahan sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah isteri yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang bagus kepada isteri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah di rumah isteri yang telah memecahkannya.
(HR Bukhari 4824)
5. INGATLAH, CACI MENCACI
ITU PERBUATAN SYAITAN
Iyadl
bin Himar ia bertanya, "Saya berkata, "Wahai Rasulullah, seorang
laki-laki dari kaumku mencaciku sementara ia sendiri tidak lebih mulia dariku,
maka apakah saya berdosa jika membalas cacian darinya?" beliau bersabda:
"Dua orang yang saling mencaci adalah dua setan yang saling merendahkan
dan saling berkata-kata dusta." (HR
Ahmad 16836)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar