MENYAMBUT
BULAN RAMADLAN
SEBAGAI
SYAHRUN MUBARAKUN
Oleh:
Zaini
Munir
A.
PENDAHULUAN
Tidak
lama lagi umat Islam akan memasuki bulan Ramadlan, bulan yang ditunggu-tunggu
kedatangannya oleh orang-orang yang beriman. Menurut Kalender Muhammadiyah,
bulan Ramadlan tahun 1434 H ini akan dimulai Hari Selasa 9 Juli 2013.
Bagi
orang-orang yang beriman sudah sepantasnya menyambut bulan Ramadlan dengan
penuh rasa syukur disertai harapan dan
kecemasan (marhaban wa rahaban). Mereka bersyukur karena akan memperoleh
anugerah dari Allah swt, memasuki bulan yang penuh dengan barakah dariNya.
Mereka berharap mudah-mudahan senantiasa
diberikan ma’unah dan taufiq dari Allah swt, sehingga mampu berupaya
meraih keberkahan Ramadlan melalui amaliah-amaliah yang dituntunkan, sehingga
kelak dapat masuk syurga. Namun dibalik itu terselip perasaan cemas, kiranya
tidak lagi berkesempatan memasuki Ramadlan karena ajal keburu menjemput mereka
atau berkesempatan memasukinya namun tidak mampu memanfaatkan keberkahannya disebabkan
godaan kenikmatan duniawi yang masih menyelimutinya sehingga Ramadlan berlalu
tanpa meninggalkan pengaruh yang berarti.
Marhaban
Ya Ramadlan, kalimat ini digunakan oleh Para ulama untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "marhaban" diartikan sebagai
"kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu yang berarti selamat
datang. Marhaban, dalam bahasa arab, terambil dari kata rahb yang berarti
"luas" atau "lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa
tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta
dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa
saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan "marhaban",
terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk
kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna
melanjutkan perjalanan."
Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan"
mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan;
tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "mengganggu
ketenangan" atau suasana nyaman kita. Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan
untuk bulan ramadlan itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan
diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah Swt.
Bulan Ramadlan sudah seharusnya disambut dengan penuh rasa bahagia
dan suka cita, karena ibarat tamu, Ramadlan akan datang menemui kita dengan
membawa sejumlah oleh-oleh yang tak terhingga
nilainya. Itulah sebabnya,
mengapa Rasulullah saw menyebut bulan Ramadlan dengan istilah “syahrun
mubarakun” (bulan penuh barakah), karena di dalam bulan ini terdapat sejumlah keistimewaan
yang tidak terdapat di luar Ramadlan.
B.
RAMADLAN
BULAN BARAKAH (SYAHRUN MUBARAKUN)
Ramadlan
sebagai bulan barakah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sebuah Hadits
yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ
مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ
السَّمَاءِ ، وَتُغَلَّقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ
الشَّيَاطِينِ ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ
خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Sungguh telah datang kepadamu bulan yang
penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam
bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka
barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik didalamnya), sungguh
telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini).
( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).
Barakah berasal dari bahasa arab (البركة). Menurut bahasa barakah berarti: tambahan dan perkembangan dalam kebaikan (az-Ziyadah
wa an-nama’ fi al-khair). Sedangkan menurut istilah,
al-barakah, menurut Ar Raghib berarti : “ tetapnya kebaikan Allah pada
sesuatu.” Bulan Ramadlan disebut bulan barakah disebabkan di dalamnya terdapat
sederet kebaikan yang akan dianugerahkan oleh Allah swt kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Berikut ini akan dinukil sejumlah keberkahan bulan Ramadlan
berdasarkan Hadits sebagaimana yang disebutkan di atas:
Pertama:
Dalam
bulan Ramadlan umat Islam diwajibkan berpuasa yang dengannya mereka akan memperoleh beberapa keuntungan, yakni:
1.
Puasa dapat mengantarkan seseorang kepada derajat muttaqin,
sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [البقرة : 183]
Hai
orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS al-Baqarah: 183)
Bagi orang yang bertaqwa,
Allah menjanjikan kepadanya antara lain: diberikan berbagai kemudahan, rizki
yang tak diduga, jalan keluar dari
kesulitan dan ketenangan jiwa serta terhindar dari rasa takut dan khawatir.
Lihat al-Qur’an, surat at-Thalaq:3; al—Anfal:35; dll)
2.
Puasa disebutkan oleh Allah sebagai ibadah
milikNya dan bagi orang yang melakukan puasa Allah akan memberikan pahala berlipat-lipat tanpa batas.
Rasulullah
saw bersabda:
قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ
لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ...... يَدَعُ
شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
"Allah azza wajalla berfirman: Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya,
kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang
berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR Bukhari
Muslim)
Puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk
meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa. Misalnya, Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu
diteladani, maka ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan.
Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini tahap dasar meneladani
Allah. Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah
adalah salah satu sifat Allah yang seharusnya juga kita teladani. Maka
dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan.
Allah Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar
bisa lewat membaca al-Qur'an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, meningkatkan
pengetahuan ilmiah.
Rasulullah
saw bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ
عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ(
"Setiap amal anak keturunan Adam
dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan
sepuluh hingga tujuh ratus lipat. Allah ta’ala
berfirman kecuali puasa. Sesungguhnya puasa adalah milikku, Aku akan
membalasnya (tanpa batas)" (HR. Bukhari Muslim).
3.
Puasa Ramadlan dapat mendatangkan ampunan Allah swt sehingga karenanya
dosa-dosa seseorang akan terhapus.
Rasulullah saw bersabda:
« مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ».
"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan
karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya
diampuni." diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud,
Mengenai
apa macam dosa yang diampuni, terdapat
hadis yang menyatakan bahwa yang bisa diampuni oleh beberapa jenis
ibadah tersebut adalah dosa-dosa kecil. Hadis dimaksud adalah sebagai berikut,
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ «
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى
رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ ». صحيح
مسلم
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya
Nabi saw. telah bersabda : Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat
Jum'at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah
menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa
besar dijauhi." ( H.R.Muslim)
Ibnu
‘Abdil-Barr (w. 463/1071), seorang ulama besar dari Cordova, Spanyol,
menegaskan dalam kitabnya at-Tamhid bahwa memang ada beberapa orang ahli
ilmu pada zaman ini yang berpendapat
dapat menghapus dosa-dosa besar. Akan tetapi
ia mengomentari pendapat tersebut dengan agak keras dengan menyatakannya
sebagai pendapat jahil dan menyetujui ajaran Murjiah. Dari uraiannya
yang panjang dapat pula dipahami bahwa dosa yang disengaja tidak dapat ditutupi
oleh hikmah ibadah. Dosa-dosa besar dan disengaja
dapat diampuni apabila pelakunya bertobat nasuha dengan menyesalinya dan
memperbaiki diri serta bertekad untuk tidak mengulangi lagi (at-Tamhid,
IV: 44-49).
4.
Puasa Ramadlan dapat menjadi penolong (syafaat) seorang hamba kelak
di kemudian hari.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ
يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، يَقُولُ الصِّيَامُ : أَيْ رَبِّ ،
مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، وَيَقُولُ
الْقُرْآنُ : مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، قَالَ :
فَيُشَفَّعَانِ.
Dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Ya Allah, saya telah menghalanginya dari makanan dan syahwatnya, maka berilah aku hak syafaat untuknya”. Al-Quran juga berkata, ‘Ya Allah, aku telah menghalanginya dari tidur di waktu malam, maka berikan padaku syafaat untuknya.” Lalu keduanya diizinkan untuk memberi syafaat.” (HR Ahmad 6626; Hakim 1/554).
5.
Puasa Ramadlan akan mengantarkan seseorang masuk ke dalam syurga dan
menjauhkan neraka
عَنْ
أَبِي أُمَامَةَ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي
الْجَنَّةَ . قَالَ : عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ ؛ فَإِنَّهُ لاَ عِدْلَ لَهُ أَوْ قَالَ
: لاَ مِثْلَ لَهُ. )
مسند أحمد(
Dari Abu Umamah, saya
berkata:” Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang akan mengantarkanku
masuk syurga. Beliau menjawab: engkau wajib berpuasa, sesungguhya puasa tidak
ada tandingannya, atau ia bersabda, tidak ada semisalnya.”
Dari Abu Said
Al-Khudri secara marfu’:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا
فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِهَذاَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ
النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah
kecuali karenanya Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh 70 tahun
perjalanan.” (HR. Al-Bukhari no. 2840 dan Muslim
no. 1153)
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ
لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ
مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ
فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ ».
"Sesungguhnya
di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh
orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang
melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit
dan masuk semuanya kemudian ditutup." (HR. Bukhari)
Hadis tersebut menerangkan keutamaan puasa dan kedudukan
orang-orang yang berpuasa di sisi Allah. Atas keikhlasan dan kesabaran mereka
dalam menjalankan ibadah puasa, dengan menahan lapar dan dahaga, mengendalikan
hawa nafsu. Maka Allah Swt. mengistimewakannya dengan memasukkan mereka ke
dalam surga melalui pintu khusus yang bernama "ar-Rayyan". Kata ini
berasal dari bentuk ar-Ray yang berarti pengairan, segar, dan juga pemandangan
yang indah.
Nama "ar-Rayyan" ini, sesuai dengan keadaan orang-orang puasa yang menahan dirinya dari makan dan minum. Karena ini yang lebih dirasakan oleh orang yang sedang berpuasa dibanding rasa lapar.
6.
Puasa dapat menyebabkan do’a seseorang
akan dikabulkan oleh Allah swt.
Rasulullah saw bersabda:
ثَلاَثَةٌ
لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ ، الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَالصَّائِمُ ، حَتَّى
يُفْطِرَ ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ ، يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَيَقُولُ :
بِعِزَّتِي لأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ.
"Ada Tigaorang yang tidak ditolak do'anya yaitu: pemimpin yang adil
, orang berpuasa hingga berbuka puasa, dan do'a orang
teraniaya. Allah mengangkat do'anya ke awan pada hari kiamat dan membukakan pintu-pintu langit.Dia berfirman 'Demi kebesaranKu,
engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang." (HR Ahmad dan Tirmidzi)
7.
Puasa mampu menjadi pengendali bagi gejolak hawa nafsu terutama nafsu
seksual. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:
مَنِ
اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ
لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ
وِجَاءٌ. )البخاري(
“ Barangsiapa yang telah mampu memberikan nafkah, hendaklah
menikah. Karena menikah itu paling (mampu) menundukkan pandangan dan memelihara
kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, ia harus berpuasa. Karena puasa
mempunyai daya tekan nafsu seksual (HR Bukhari)
8.
Puasa akan berpengaruh bagi peningkatan kesehatan seseorang
Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari
biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang
masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam.
Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum). Jika
malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan
selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama
enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan para
ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat
sekali. Penambahan jumlah sel darah putih secara otomatis akan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.
. Dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit
yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka
kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa
bertahan hidup. Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang
telah mati dan toksin.
Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun
kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan
elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi
organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh,
meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh.
Kedua:
Pintu-pintu langit dibuka, dan pintu-pintu
neraka di tutup. Dalam Hadits lain yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan
pintu-pintu rahmat dibuka
Rasulullah saw bersabda
« إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ » مسلم
"Apabila
Ramadlan telah tiba, maka pintu-pintu surga akan dibuka, lalu pintu-pintu
neraka ditutup dan syetan-syetan pun akan dirantai."
Sedangkan dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Nasa’i disebutkan dibuka pintu- pintu syurga
Rasulullah saw bersabda
هَذَا رَمَضَانُ قَدْ
جَاءَ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ النَّارِ،
وَتُسَلْسَلُ فِيهِ الشَّيَاطِينُ " أحمد ". قال الشيخ الألباني : ( صحيح )
"Sekarang
tiba bulan Ramadlan, karenanya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup dan setan-setan di rantai"
Hadits-hadits
di atas menunjukkan berkah ramadlan sebagai bulan diturunkan rahmat Allah bagi
hamba-hambaNya yang menjalankan amaliah-amaliah masyru’ah di dalamnya. Rahmat
yang tertinggi adalah terbuka pintu-pintu syurga dan dipersilahkan hamba-hamba
Allah untuk memasukinya dan tertutup pintu-pintu neraka sehingga hamba-hambanya
tidak akan memasikunya.
Ketiga: Setan-setan dibelenggu.
Ada beberapa penjelasan dari para ulama mengenai maksud dari perkataan
Rasulullah SAW bahwasanya syetan-syetan “dibelenggu” pada bulan suci Ramadhan:
1.
Al-Hulaimi berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan syetan-syetan di sini adalah syetan-syetan yang suka mencuri berita dari
langit saja yang terjadi di waktu malam bulan Ramadhan karena pada zaman
turunnya Al-Qur’an mereka pun terhalangi untuk melakukan hal tersebut dan
dengan adanya “belenggu” tersebut, maka akan menambah penjagaan (sehingga
syetan-syetan tersebut tidak mampu melakukannya lagi).
2.
Syetan
tidak bisa leluasa untuk mengganggu dan mencelakakan manusia tidak seperti
biasanya, karena manusia sibuk dengan shaum, membaca Al-Qur’an dan berdzikir.
3.
Yang
dibelenggu hanya sebagiannya saja, yaitu syetan-syetan yang membangkang
sebagaimana dijelaskan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Huzaimah, Nasa’i,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim.
Dari Abu Hurairoh Ra. Rasulullah SAW bersabda: “Pada malam
pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dibelenggu. Yaitu syetan-syetan yang
membangkang”
4.
Yang dimaksud dengan “dibelenggu”
merupakan suatu ungkapan akan ketidakmampuan syetan untuk menggoda dan menyesatkan manusia.
Keempat: Turun Lailatul Qodar
Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu
malam yang sangat mulia. Allah menjelaskankan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan
Allah swt berfirman dalam surat al-Qadar:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
(5)
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada malam kemuliaan[Lailatul
qadar]. 2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan
itu? 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
Lailatul qadar dikatakan sebagai malam kemuliaan lantaran malam itulah awal al-Qur'an
diturunkan; dan begitu banyak anugerah Allah
dijatuhkan pada malam itu.
.
Sabda Nabi :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa mendirikan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Malam Lailatul Qodar berdasarkan Hadits Nabi saw terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir, Karena itu, seyogyanya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu untuk lebih meningkatkan kesungguhannya dalam berimadah kepada Allah, membaca Al-Qur'anul Karim, dzikir, do'a, istighfar dan taubat yang sebenar-benamya.
Kelima : Diturunkan al-Qur’anul Karim
Di antara barakah bulan ramadlan adalah di
dalamnya diturunkan al-Qur’anul karim, sebagaimana hal ini difirmankan oleh
Allah swt di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat: 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ [البقرة : 185]
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil).
Dalam ayat lain disebutkan:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ [ص : 29]
29. ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran
Allah swt menyebutkan Al-Qur’an sebagai
kitab yang penuh dengan berkah disebabkan
dengannya seseorang akan mendapatkan berbagai kebaikan untuk kepentingan
kehidupannya di dunia dan di akhirat. Di antara berkah al-Qur’an ialah ia
berfungsi sebagai pelajaran, penawar, penyakit hati, petunjuk dan rahmat dari
Tuhan Penguasa sekalian alam.
Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ [يونس : 57]
Hai manusia,
Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.
Di
antara berkah al-Qur’an, jika ia dibaca akan mendatangkan pahala yang besar,
yaitu setiap hurufnya diberikan pahala sepuluh kali.
Rasulullah
saw bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ
حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ
أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
"Barangsiapa membaca satu huruf dari
Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala
kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF
LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM
satu huruf." (HR Turmudzi)
. Dalam
kesempatan lain Rasulullah saw menjelaskan bahwa al-Qur’an kelak di hari kiamat
akan dapat member syafaat kepada para pembacanya
Dalam Hadits disebutkan:
عن أَبي أُمَامَةَ - رضي الله عنه - ، قَالَ : سَمِعْتُ رسولَ اللهِ
- صلى الله عليه وسلم - ، يقول : (( اقْرَؤُوا القُرْآنَ ؛ فَإنَّهُ يَأتِي يَوْمَ
القِيَامَةِ شَفِيعاً لأَصْحَابِهِ )) رواه مسلم
Dari Abu Umamah ra., ia berkata: aku mendengar
Rasulullah saw bersabda"Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi
syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti.
C.
PERSIAPAN
MENJELANG RAMADLAN
Sungguh amat
disayangkan sekiranya bulan Ramadlan yang penuh barakah tersebut akan
berlalu, tanpa dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Sementara tidak ada seorang pun yang mengetahuinya apakah tahun
berikutnya masih dapat menjumpainya kembali. Oleh karenanya, sebelum memasuki
bulan Ramadlan seharusnya dilakukan persiapan - persiapan, di antaranya.
1.
Persiapan
Ruhiyah dengan cara memperkokoh iman sebagai landasan seseorang dalam melakukan
ibadah kepada Allah swt. Iman yang
kokoh akan melahirkan mahabbatullah (mencintai Allah), ar-raja’ wal
khouf ( berharap dan takut) kepada Allah. Dengan ketiga sikap ini seseorang akan mampu melaksanakan ibadah
dengan ikhlas, bersungguh-sungguh, istiqomah dan khusyu’.
Menjelang Ramadlan seseorang harus membangun tekad dan kemauan
dapat memanfaatkan bulan Ramadlan dengan sebaik-baiknya, dengan keyakinan tahun
depan belum bisa dipastikan akan menemui lagi bulan Ramadlan.
2.
Persiapan
amaliyah dengan memperbanyak melakukan puasa Sunah di bulan Sya’ban.
Hal ini didasarkan kepada Hadits yang berbunyi:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللهُ عَنْهَا
قَالَتْ ... مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أكْثَرَ
صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ. [متفق عليه].
Artinya: “Dari
‘Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: ... Saya tidak pernah melihat
Rasulullah saw berpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan. Juga sayatidak
pernah melihat beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Sya‘ban."
[Muttafaq ‘Alaih].
Berpuasa di bulan Sya’ban selain sebagai
ibadah, ia mempunyai hikmat untuk
menciptakan kondisi diri menjelang berpuasa di bulan Ramadlan, sehingga ketika
saat memasuki bulan Ramadlan seseorang telah terkondisi dengan baik. Selain
berpuasa, hendaklah seseorang memperbanyak amaliah-amaliah masyru’ah
yang lain seperti rajin menghadiri shalat jamaah, memperbanyak shadaqah,
tadarus al-qur’an menjauhi perbuatan-perbuatan tercela atau tidak bermanfaat,
dan lain-lain.
3.
Persiapan
ilmiah dalam bentuk melakukan
kajian-kajian keilmuan dengan menghadiri majlis-majlis ilmu atau membaca
buku-buku yang membahas tentang berbagai tema keagamaan terutama seputar
Ibadah-Ibadah di Bulan Ramadlan. Dengan demikian, seseorang akan berhasil menjaga amaliahnya berdasarkan ilmu
yang diketahuinya dan sesuai yang dituntunkan oleh Rasulullah saw. Sebaliknya
ia akan terhindar dari sikap taqlid atau mengada-ada dalam beribadah (bid’ah).
Allah melarang seseorang melakukan sesuatu
tanpa didasarkan oleh ilmu, Dia berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء : 36]
36. dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Rasulullah saw di dalam sabdaNya melarang
seseorang membuat-buat tatacara ibada yang tidak dituntunkan olehNya.
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ،
فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ".(الطبراني)
Dan jauhilah perkara-perkara yang
diada-adakan. Karena setiap bid’ah adalah tersesat (HR At-Thabrani)
4.
Persiapan fisik, baik yang menyangkut diri pribadi maupun
sarana dan prasarana yang diperlukan.
Puasa adalah ibadah fisik. Disebut demikian
karena untuk dapat melaksanakan ibadah ini dibutuhkan fisik yang sehat, tidak
sedang sakit juga sarana-prasarana yang memadai, seperti makanan untuk sahur
dan berbuka. Lebih-lebih untuk melakukan ibadah-ibadah terkait bulan Ramadlan
seperti, shalat tarwih, bersedakah, dan lain-lain Oleh karenanya diperlukan persiapan-persiapan
diri seperti menjaga kesehatan diri dengan memperbanyak olahraga atau banyak
mengkosusmsi vitamin-vitamin; menyiapan persediaan makanan dan lain-lain. Sedangkan untuk persiapan sarana-prasarana seperti
tempat-tempat ibadah, majelis-majelis ilmu diperlukan usaha-usaha pengadaan atau pembenahan-pembenahan.
*)disampaikan pada kajian rutin ahad kliwon
di masjid
baitul makmur kunden sidoarjo imogiri’
ahad 26
mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar