Peristiwa Isra’ Mi’raj
(Ust. Suharayanto, SH)
(Ust. Suharayanto, SH)
Pendahuluan
Isra’ Mi’raj berasal dari dua
kata yaitu: Isra’ dan Mi’raj.
Isra’ berarti perjalanan malam
(perjalanan dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa)
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Isra’ ( 17 ) ayat 1 :
“Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Mi’raj berarti naik ke langit sebagaimana diisyaratkan dalam QS. An Najm ( 53 ) ayat 13-18 :
"Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu
dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar."
Peristiwa Isra’ Mi’raj
terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M, 3 tahun sebelum hijrah. Nabi
Muhammad SAW saat itu berusia 51 tahun. Peristiwa ini terjadi mulai dari lepas
tengah malam sampai menjelang waktu subuh waktu Mekah. Sebelum peristiwa itu terjadi,
Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam. Beliau ditinggal
oleh istrinya tercinta, Khadijah. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya
sendiri, Abu Thalib, yang sangat melindungi Nabi Muhammad. Karenanya beliau
sangat berduka cita. Karena itu Allah SWT menghibur Nabi Muhammad dengan
memperjalankan beliau dan menaikkannya ke langit untuk bertemu dengan Allah
SWT. PIsra’ Mi’raj ini merupakan peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam
karena Rasulullah SAW menerima perintah
langsung dari Allah SWT untuk melakukan sholat yang diwajibkan bagi seluruh
umat Islam sebanyak lima waktu dalam sehari semalam.
Isra’
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
Beliau Nabi SAW diisra’kan dengan ditemani
malaikat Jibril dengan mengendarai Buraq yang dapat bergerak dengan sangat
cepat sehingga dalam sekejap mata Nabi SAW menunggang Buraq, meskipun diselingi
dengan beberapa kali pemberhentian untuk melaksanakan shalat, maka sampailah
beliau dan Jibril ke suatu tempat yang dituju . Dalam perjalanan ke Baitul
Maqdis, kepada Nabi SAW diperlihatkan berbagai pemandangan simbolik. Setiap
kali melihatnya, Jibril menerangkan hakikat sebenarnya dari peristiwa tersebut.
Dari beberapa pemandangan simbolik yang diperlihatkan kepada Nabi SAW tersebut
ada beberapa pelajaran yang bisa diambil, antara lain yaitu :
1. Hendaklah
kita selalu berlindung kepada Allah SWT dari syaithon dan semua
kejahatan makhluk-Nya sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam QS. Al A’raf
ayat 200 :
kejahatan makhluk-Nya sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam QS. Al A’raf
ayat 200 :
" Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah
kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
2. Hendaklah
kita selalu waspada dari berbagai fitnah dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan kita terjerumus dalam perbuatan dosa. :
menyebabkan kita terjerumus dalam perbuatan dosa. :
"Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian
apabila Kami
berikan kepadanya ni`mat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi ni`mat itu
hanyalah karena kepintaranku. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan
mereka itu tidak mengetahui." (QS. Azzumar ayat 49 )
berikan kepadanya ni`mat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi ni`mat itu
hanyalah karena kepintaranku. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan
mereka itu tidak mengetahui." (QS. Azzumar ayat 49 )
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di
sisi
Allah-lah pahala yang besar." (QS. At Taghabun ayat 15 )
Allah-lah pahala yang besar." (QS. At Taghabun ayat 15 )
3. Hendaklah
kita senantiasa mengikuti petunjuk Allah dan ta’at kepada-Nya karena
apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan ini maka kita sendiri yang akan
mendapatkan balasannya di kelak kemudian hari. Allah SWT berfirman dalam QS
. An Najm ( 53 ) ayat 38-42 :
apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan ini maka kita sendiri yang akan
mendapatkan balasannya di kelak kemudian hari. Allah SWT berfirman dalam QS
. An Najm ( 53 ) ayat 38-42 :
"(yaitu)
bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),"
Selepas
menyaksikan berbagai pemandangan simbolik itu, akhirnya sampailah mereka di
Baitul Maqdis. Kemudian Nabi mengikatkan buraq itu sebagaimana yang biasa
dilakukan oleh para Nabi. Di sana telah menanti satu jemaah penuh dengan
malaikat yang menantikannya. Lalu juga dilihatnya arwah para Nabi sejak nabi
Adam as. sampai dengan nabi Isa as.. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril
siapa mereka.
Jibril menjawab, “Mereka adalah saudaramu diantara para nabi dan malaikat. Jibril kemudian berkata, “Ya, Muhammad, orang paling mulia dalam pandangan Allah, memimpin sholat.” Oleh Jibril Nabi Muhammad dikedepankan untuk menjadi Imam untuk shalat berjamaah. Nabi kemudian menjadi imam sholat berjamaah sebanyak dua rakaat. Seluruh nabi dan malaikat mengikutinya. Setelah selesai sholat bersama para Nabi, Beliau keluar dari Masjidil Aqsha, kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada Jibril: Wahai Jibril aku merasa haus. Kemudian beliau didatangi dengan semangkuk arak dan semangkuk susu oleh Jibril a.s. Nabi Muhammad memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: “Engkau telah memilih fitrah.” "Benar, engkau telah memilih air susu adalah lambang kesucian dan seandainya engkau mengambil minuman keras niscaya akan tersesatlah engkau dan umat engkau."
Peristiwa Mi’raj
Setelah menunaikan ibadah di Baitul Maqdis kemudian didatangkan sebuah tangga syurga yang lalu dipancangkan di atas batu. Batu pijakan Nabi Muhammad s.a.w saat akan mi'raj itu disebut Shakhrah al-Muqaddasah (batu yang disucikan). Nabi Muhammad belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada tangga yang dilihatnya itu. Tangga Mi'raj itu dibuat dari emas dan perak berlapis mutiara. Tangga itu menjulang dari Baitul Maqdis ke langit dunia. Selanjutnya dari langit dunia yang merupakan langit lapis pertama kemudian dilanjutkan sehingga sampai langit ketujuh, lalu naik ke Sidratul Muntaha. Di Sidratul Muntaha ini terdengarlah suara yang berseru kepada beliau, “Wahai Muhammad SAW, masuklah.” Nabi Muhammad s.a.w kemudian diangkat melewati Sidratul Muntaha dan ditutupi awan. Jibril tertinggal. Nabi Muhammad SAW berseru kepada Jibril, “Ikutlah bersamaku.” Jibril berkata, "Engkau dan Tuhan engkau saja." Nabi Muhammad s.a.w. berkata lagi, "Adakah di sini sahabat hendak meninggalkan sahabatnya?" Jibril menjawab, “Inilah saja tempatku, jika aku melintasi kawasan ini niscaya aku akan terbakar dengan cahaya.” Malaikat Jibril tidak mampu melintasi lebih tinggi lagi. Hanya orang yang diizinkan oleh Allah SWT yang dapat melintasi sidratul muntaha. Nabi Muhammad saw melanjutkan perjalanan tanpa ditemani malaikat Jibril.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar