Dakwah
Kultural Muhammadiyah *)
(oleh
Ustdz Hidayaturrahman)
Ketika berbicara masalah Dakwah Kultural di Muhammadiyah, tentu
tidak akan bisa melupakan keberadaan
Majelis-majelis.Dakwah adalah tugas kenabian dan kerasulan
(profetik).Pada kenyataan, praktek dakwah diwujudkan dalam bentuk
tabligh (penyampaian) yang dapat berupa lisan(bil-lisan) atau dengan tindakan(bil-hal).
Dengan kata lain, dakwah merupakan potensi kenabian dan kerasulan, sedangkan tabligh
adalah aktualisasi kenabian dan kerasulan.
Dakwah sebagai upaya menjadikan Islam agama rahmatan lil- 'alamin idealnya
menyentuh segala lapisan dan kelompok masyarakat.
Muhammadiyah merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang sosial
dan keagamaan. Maksud dan tujuan dari Muhammadiyah yaitu menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehinga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah , maka
Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang
diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.
Dalam upaya melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid,
Muhammadiyah melaksanakan dakwah dengan berbagai macam cara. Diantaranya adalah
lewat Gerakan Da’wah Jama’ah. Pokok kegiatannya , seperti dalam bidang
pendidikan, kesehatan,sosial, ekonomi, kebudayaan, hukum dan bidang lainnya.
Dalam rangka menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin maka Muhammadiyah
menempuh berbagai pendekatan dan strategi dakwah antara lain melalui Dakwah
Kultural dan Dakwah Multikultural. Hal itu dilakukan karena Muhammadiyah
melihat adanya dinamika kebudayaan dan kemajuan peradaban umat manusia
akhir-akhir ini yang berjalan dengan cepat. Begitu juga dengan adanya tantangan
dan permasalahan yang dihadapi manusia pun semakin komplek. Untuk menghadapi
persoalan-persoalan dan tantangan tersebut maka diperlukan ikhtiar atau
kreativitas umat dalam rangkla mengembangkan dan menjaga amanah Allah SWT,
ajaran Islam sebagai rahmatan lil’alamiin.
Muatan rahmatan lil- 'alamin tidak hanya berupa hal-hal yang
berwujud produk (hasil)yang langsung dapat dinikmati, melainkan juga berupa
hal-hal yang menyangkut proses,yakni petunjuk yang memancing diternukannya
cara, teknik dan metoda yang diperlukanuntuk mencapai kebahagiaan hidup yang
bersifat duniawi, apalagi yang bersifat keakhiratan.
Dengan demikian muatan rahmatan
til- 'alamin bernuansa dinamis,
bukan pasif, apalagi meninabobokkan. Muatan rahmatan
lil-'alamin bukan untuk membentuk atau menciptakan manusia-manusia yang
manja, melainkan untuk membentuk dan
menciptakan manusia-manusia aktif dan senang berusaha serta berikhtiar.Sejalan dengan dengan hal ini, dakwah pun
merupakan potensi yang dinamik. Tablighsebagai aktualisasi dakwah, juga harus
bersifat dinamik. Logikanya, kalau potensinyadinamik apalagi aktualisasinya Dakwah adalah cara untuk
menyampaikan sesuatu hal agama khususnya agama Islam. Dalam hal ini Muhammadiyah
sebagai organisasi atau gerakan dakwah di bidang sosial maupun pendidikan
mempunyai peranan penting di kalangan masyarakat. Muhammadiyah sejak dulu
dianggap sebagai gerakan pembaharu dan organisasi modern yang menonjol dalam
dakwah sosial dan dakwah pendidikan. Terbukti dengan berdirinya lembaga sosial,
lembaga pendidikan dan amal usaha lainnya di seluruh Indonesia. Tentu saja
prestasi ini harus kita jaga dan kita tingkatkan dengan tetap menjadi pembaharu
pergerakan Islam dengan gerakan tajdidnya.
Dalam Islam dikenal Dakwah dan Tabligh Secara kebahasaan kata Dakwah
berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan kata Tabligh
berarti penyampaian materi. Dakwah berarti mengajak seseorang atau
sekelompok orang untuk memeluk agama Islam, maka tabligh berarti
menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan
agar orang atau kelompok itu bersedia memeluk agama Islam demi kebaikan
mereka di dunia dan keselamatan akhirat kelak. Pelaku Dakwah disebut Da’I
sedangkan pelaku tabligh disebut mubaligh.
Dalam
pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam kedalam
kehidupan yang nyata.
Esensi
dakwah dalam Islam adalah mengajak kepada kebaikan, yad’uuna ila alkhoir,
memerintahkan kepada yang ma’ruf, ya’muruuna bi al-ma’ruf dan melarang
dari yang mukar, yanhauna ani al-munkar ( QS. Ali ‘Imron/3:110).
Sedangkan
metode dakwah secara umum dan menjadi acuan merujuk pada firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an, yaitu metode al-hikmah, al-maw’idhah al-hasanah dan al-mujadalah
bi al-lati hiya ahsan ( Q.S. an-Nahl/16 : 125).
Metode
dakwah bi al-hikmah berarti penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu
mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar serta mendalam orang atau
masyarakat yang menjadi sasarannya. Metode dakwah bi al-maw’idhah al-hasanah
, memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran
dakwah Islam itu dengan cara-cara yang baik, seperti dengan memberi nasehat,
pengajaran, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah bi al-mujadalah bi
al-lati hiya ahsan , bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat
dilakukan, sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Apapun
metode dakwah yang digunakan , dakwah sebagai alat untuk melakukan perubahan
individu atau masyarakat, dari kehidupan yang belum islami menjadi
kehidupan yang islami.
Dalam melakukan dakwah tentu membutuhkan kepemimpinan ulama’ dan perlu adanya
pengembangan dakwah jauh lebih kreatif dan mampu merangkul berbagai golongan
untuk mengenal Muhammadiyah dengan pendekatan cultural. Sehingga wacana tentang
dakwah kultural diperlukan di kalangan Muhammadiyah untuk menjaga citra
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah.
Alasan
kenapa dakwah kultural harus dilakukan?
1.
Betapa kuatnya kultural masyarakat kita.
2.
Semakin berubahnya tatanan strategi dakwah tradisional.
3.
Semakin merebaknya permasalahan sosial kultural di masyarakat.
4.
Ketidaktegasan pemerintahan terhadap lahirnya aliran-aliran sesat di Indonesia.
Adapun
yang dimaksud dakwah kultural ialah “Upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam
seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan
manusia sebagai makhluk budaya secara luas. Dalam rangka mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Dalam kaitan ini tidak benar jika dakwah kultural
meligitimasi hal-hal yang bertentangan dengan Manhaj pemikiran
Muhammadiyah, termasuk dalam menghadapi gejala syirik, bid’ah dan khurafat,
(Dakwah Kultural Muhammadiyah terbitan tahun 2004). Jika diperhatikan secara
seksama, objektif, dan jernih maka konsep dan pemikiran dakwah Muhammadiyah
yang lahir sebelumnya, maka sesungguhnya sudah lengkap pemikiran, pendekatan,
metode, dan hal-hal lain seputar pemikiran dakwah dalam Muhammadiyah.
Ini akan
menjadi permasalahan tersendiri dalam menjalankan roda dakwah, dan harus
mendapat perhatian serius untuk dicarikan solusinya. Diantara solusi yang bisa
kita upayakan adalah sebelum kita mulai aktivitas dakwah kita harus terlebih
dahulu mengetahui siapa yang akan kita jadikan sasaran dakwah. Dengan kata lain
betapa pentingnya kita mengetahui budaya, kultur, dan trend yang sedang
berkembang di masyarkat. Beda budaya berbeda juga pendekatan dakwah yang kita
terapkan. Misalkan sasaran dakwah kita komunitas seniman, maka dakwah yang kita
terapkan melalui seni. Dengan kata lain dakwah Islam dialaksanakan sebijaksana
mungkin dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran dakwah baik
kemampuan intelektual masyarakat (biqodri ukullihim) maupun kondisi
psikologi perkembangan mereka.
Hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT .
ادع الي سبيل ربك بالحكملة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي
احسن..(النحل 125)
“
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”.
Namun demikian bukan berarti bahwa dakwah Islam harus menghilangkan eksistensi
itu sendiri, karena budaya adalah fitrah manusia seperti dalam firman-Nya
يا ايها الناس ان
خلقنا كم
من ذكر و أنثي وجعلنا كم
شعوبا و
قبا ءل
لتعرفوا...(ااحخرت 13)
“Wahai
manusia sungguh, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal”.
Tetapi tugas dakwah adalah mengemas islam dalam bahasa kebudayaan dalam
arti luas,dan bahasa masyarakat yang di dalam al-qur’an di sebut bilisaani
qoumihi.(Ibrahim:4)
Sebagai
respon positif terhadap aktifitas dakwah, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar yang berlandaskan pada Qur’an dan Hadis dengan
agenda utama purifikasi (pemurnian) dan dinamisasi membentuk sebuah
konsep dakwah dengan istilah” Dakwah kultural Muhammadiyah”. Secara
formal konsep dakwah ini digagas dan menjadi keputusan sidang Tanwir di
Denpasar Bali tanggal 24-27 januari 2002.
Dakwah kultural yang dikonsep oleh Muhammadiyah mengandung pengertian
upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan
memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara
luas dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (suara
Muhammadiyah: 2002).
Fokus dakwah kultural
terletak pada penyadaran iman sehingga umat manusia bersedia menerima dan
memenuhi seluruh ajaran Islam meliputi akidah, ibadah, akhlak dan muamalah
dengan memperhatikan tahapan perubahan sosial berdasarkan pluralitas
(keanekaragaman) sosial, ekonomi, budaya dan politik suatu masyarakat sehingga
akhirnya tahapan ideal masyarakat Islami dapat tercapai. .
Harapan besar kedepan dengan adanya konsep dakwah kultural ini bisa mamberikan
trobosan baru dalam perkembangan dakwah, sehingga apa yang kita cita-citakan
selama ini Islam sebagai rahmatan lil’lamin benar-benar terwujud dalam
kehidupan pribadi maupun masyarakat. Dengan tanpa menghilangkan budaya itu
sendiri.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk“Yassiruu walaa
tu’assiruu, Basysyiruu walaa tunaafiruu” (mudahkanlah dan jangan dipersulit,
gembirakanlah dan jangan dibuat lari).
Hikmah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah perkataan yang benar dan tegas
yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.Dalam Muhammadiyah
ayat ini sudah sangat sering disampaikan dan menjadi dasar Muhammadiyah dalam
berdakwah, sehingga terciptalah konsep dakwah cultural.
Dakwah kultural merupakan upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh
dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia
sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Dakwah
kultural mencoba memahami potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk
budaya berarti memahami ide-ide, adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, norma,
sistem aktivitas, simbol, dan hal-hal fisik yang memilki makna tertentu dan
hidup subur dalam kehidupan masyarakat.
Dikatakan
dakwah kultural, karena dakwah yang dilakukan menawarkan kultur baru yang
bernilai islami. Dari ikhtiar untuk menawarkan kultur baru yang bernilai
islami, dari teks Kitab Suci Al-Qur’an lahirlah seni baca al-Qur’an dan seni
kaligrafi.
Ciri
dakwah kultural adalah : dinamis, kreatif dan inovatif. Ciri
dakwah kultural ini pernah dipraktekkan Rasulullah SAW, ketika memperlakukan
Tsumamah bin Utsal, kepala suku Bani Hanifah. Kreatifitas dan inovasi kultural
dalam berdakwah juga dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan, dengan mendirikan
lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan dan lain-lain.
Secara
substansial misi dakwah kultural adalah upaya melakukan dinamisasi dan
purifikasi. Dinamisasi bermakna sebagai kreasi budaya yang memiliki
kecenderungan untuk selalu berkembang dan berubah ke arah yang lebih baik dan
islami. Purufikasi diartikan sebagai usaha pemurnian nilai-nilai dalam budaya
dengan mencerminkan nilai-nilai tauhid.
Konsep Dakwah Kultural
Setelah
memahami pengertian dakwah, pengertian dakwah kultural, maka konsep dalam
dakwah kultural dapat dipahami melalui :
Dakwah
kultural dalam konteks budaya local Dakwah Muhammadiyah dalam
konteks budaya lokal berarti mencari bentuk pemahaman dan upaya yang lebih
empatik dalam mengapresiasi kebudayaan masyarakat yangakan menjadi sasaran
dakwh dan mengaktualisasikan gerakan dakwah Islam dalam realitas
kebudayaan masyarakat Indonesia secara terus menerus dan berproses sehingga
nilai-nilai Islam mempengaruhi, membingkai, dan membentuk kebudayaan yang
Islami. khususnya di kalngan umat Islam, melalui pendekatan dan strategi yang
tepat Dakwah kultural dalam konteks budaya global Muhammadiyah perlu
mengkaji secara mendalam titik-titik silang antara Islam dan budaya
global, baik secara teoritik maupu empirik, untuk keberhasilan dakwah , seperti
: memperhatikan substansi atau pesan dakwah, memperhatikan pendekatan dan
strategi dakwah, memperhatikan media atau wahana dakwah dan memperhatikan
pelaku atau subjek dakwah. Maka dari itu Muhammadiyah perlu memperluas
khazanah dakwahnya agar sesuai dengan pola perkembangan budaya global. Dakwah
kultural melalui apresiasi seni Budaya termasuk seni khususnya
adalah ekspresi dari perasaan sosial yang bersifat kolektif sehingga
merupakan ungkapan yang sesungguhnya dari hidup dan kehidupan masyarakat.
Muhammadiyah mengembangkan dakwah kultural melalui apresiasi seni, dengan
pengembangan seni yang ma’ruf untuk kepentingan dakwah Islam. Adapun untuk seni
yang belum makruf maka perlu dilakukan melalui tahap seleksi dan
pemilahan secara syar’I, tahap intervensi nilai dan rekayasa isi,
tahappenguatan dan pengembangan seni sehingga bisa menjadi seni yang ma’ruf.
Maka dakwah kultural Muhammadiyah bisa berperan untuk melahirkan inovasi dan
kreasi. Dakwah kultural melalui multimedia Dakwah melalui multimedia
merupakan aktivitas dakwah dengan memanfaatkan berbagai bentuk tekhnologi
informasi dan komunikasi sebagai media atau wahana pencapaian tujuan dakwah.
Dakwah lewat multimedia dapat melalui media cetak, media elektronik, media
virtual atau internet. Adapun agenda yang perlu dilakukan
Muhammadiyah menyangkut aspek persepsi atau wawasan, aspek sumberdaya
manusia, dan kelembagaan, serta aspek kegiatan /program .Dakwah kultural
gerakan jamaah dan dakwah jamaahDakwah kultural sebenarnya merupakan kelanjutan
dari program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah
bisa menjadi media bagi dakwah kultural dengan fokus pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat melalui pembentukan jamaah sebagai satuan sosial
(komunitas), menjadi penting dan mendesak untuk direalisasikan
Dakwah
Cultural adalah cara berdakwah dengan cara perdekatan budaya. Budaya, tradisi
dan adat istiadat yang sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat dihargai,
kemudian dikemas dengan nilai-nilai Islam sehingga lambat laun masyarakat dapat
meninggalkan tradisi yang berbau TBC (takhayul, bid’ah, khurafat) dengan
peribadatan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnahRosul.
*) disampaikan pada pengajian ahad kliwon,
10 februari 2013 di kompleks Masjid Baitul Makmur Kunden Sidoarjo Imogiri yang
diselenggarakan oleh MTDK PCM Imogiri dengan dukungan jamaah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar