Selasa, 25 Agustus 2015

Kajian Ahad Kliwon



Dakwah Kultural Muhammadiyah *)
(oleh Ustdz Hidayaturrahman)
      Ketika berbicara masalah Dakwah Kultural di Muhammadiyah, tentu tidak akan bisa melupakan keberadaan Majelis-majelis.Dakwah adalah tugas kenabian dan kerasulan (profetik).Pada kenyataan, praktek dakwah diwujudkan dalam bentuk  tabligh (penyampaian) yang dapat berupa lisan(bil-lisan) atau dengan tindakan(bil-hal).
Dengan kata lain, dakwah merupakan potensi kenabian dan kerasulan, sedangkan tabligh adalah aktualisasi kenabian dan kerasulan. Dakwah sebagai upaya menjadikan Islam agama rahmatan lil- 'alamin idealnya menyentuh segala lapisan dan kelompok masyarakat.
             Muhammadiyah merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan. Maksud dan tujuan dari Muhammadiyah yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehinga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah , maka Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.


            Dalam upaya melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, Muhammadiyah melaksanakan dakwah dengan berbagai macam cara. Diantaranya adalah lewat Gerakan Da’wah Jama’ah. Pokok kegiatannya  , seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan,sosial, ekonomi, kebudayaan, hukum dan bidang lainnya.
            Dalam rangka menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin maka Muhammadiyah menempuh berbagai pendekatan dan strategi dakwah antara lain melalui Dakwah Kultural dan Dakwah Multikultural. Hal itu dilakukan karena Muhammadiyah melihat adanya dinamika kebudayaan dan kemajuan peradaban umat manusia akhir-akhir ini yang berjalan dengan cepat. Begitu juga dengan adanya tantangan dan permasalahan yang dihadapi manusia pun semakin komplek. Untuk menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan tersebut maka diperlukan ikhtiar atau kreativitas umat dalam rangkla mengembangkan dan menjaga amanah Allah SWT, ajaran Islam sebagai rahmatan lil’alamiin.
            Muatan rahmatan lil- 'alamin tidak hanya berupa hal-hal yang berwujud produk (hasil)yang langsung dapat dinikmati, melainkan juga berupa hal-hal yang menyangkut proses,yakni petunjuk yang memancing diternukannya cara, teknik dan metoda yang diperlukanuntuk mencapai kebahagiaan hidup yang bersifat duniawi, apalagi yang bersifat keakhiratan. Dengan demikian muatan rahmatan til- 'alamin bernuansa dinamis, bukan pasif, apalagi meninabobokkan. Muatan rahmatan lil-'alamin bukan untuk membentuk atau menciptakan manusia-manusia yang manja, melainkan untuk membentuk dan menciptakan manusia-manusia aktif dan senang berusaha serta berikhtiar.Sejalan dengan dengan hal ini, dakwah pun merupakan potensi yang dinamik. Tablighsebagai aktualisasi dakwah, juga harus bersifat dinamik. Logikanya, kalau potensinyadinamik apalagi aktualisasinya Dakwah adalah cara untuk menyampaikan sesuatu hal agama khususnya agama Islam. Dalam hal ini Muhammadiyah sebagai organisasi atau gerakan dakwah di bidang sosial maupun  pendidikan mempunyai peranan penting di kalangan masyarakat. Muhammadiyah sejak dulu dianggap sebagai gerakan pembaharu dan organisasi modern yang menonjol dalam dakwah sosial dan dakwah pendidikan. Terbukti dengan berdirinya lembaga sosial, lembaga pendidikan dan amal usaha lainnya di seluruh Indonesia. Tentu saja prestasi ini harus kita jaga dan kita tingkatkan dengan tetap menjadi pembaharu pergerakan Islam dengan gerakan tajdidnya.
        Dalam Islam dikenal Dakwah dan Tabligh Secara kebahasaan kata Dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan kata Tabligh berarti  penyampaian materi. Dakwah berarti mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk memeluk agama Islam, maka tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan agar orang  atau kelompok itu bersedia memeluk agama Islam demi kebaikan mereka di dunia dan keselamatan akhirat kelak. Pelaku Dakwah disebut Da’I sedangkan pelaku tabligh disebut mubaligh.
Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam kedalam kehidupan yang nyata.
Esensi dakwah dalam Islam adalah mengajak kepada kebaikan, yad’uuna ila alkhoir, memerintahkan kepada yang ma’ruf, ya’muruuna bi al-ma’ruf dan melarang dari yang mukar, yanhauna ani al-munkar ( QS. Ali ‘Imron/3:110).
Sedangkan metode dakwah secara umum dan menjadi acuan merujuk pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu metode al-hikmah, al-maw’idhah al-hasanah dan al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan ( Q.S. an-Nahl/16 : 125).
Metode dakwah bi al-hikmah berarti penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar serta mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya.  Metode dakwah bi al-maw’idhah al-hasanah , memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah Islam itu dengan cara-cara yang baik, seperti dengan memberi nasehat, pengajaran, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah bi al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan , bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat dilakukan, sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Apapun metode dakwah yang digunakan , dakwah sebagai alat untuk melakukan perubahan individu atau masyarakat, dari  kehidupan yang belum islami menjadi kehidupan yang islami.

      Dalam melakukan dakwah tentu membutuhkan kepemimpinan ulama’ dan perlu adanya pengembangan dakwah jauh lebih kreatif dan mampu merangkul berbagai golongan untuk mengenal Muhammadiyah dengan pendekatan cultural. Sehingga wacana tentang dakwah kultural diperlukan di kalangan Muhammadiyah untuk menjaga citra Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah.
Alasan kenapa dakwah kultural harus dilakukan?
1. Betapa kuatnya kultural masyarakat kita.
2. Semakin berubahnya tatanan strategi dakwah tradisional.
3. Semakin merebaknya permasalahan sosial kultural di masyarakat.
4. Ketidaktegasan pemerintahan terhadap lahirnya aliran-aliran sesat di Indonesia.
Adapun yang dimaksud dakwah kultural ialah “Upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam kaitan ini tidak benar jika dakwah kultural meligitimasi hal-hal yang bertentangan dengan Manhaj pemikiran Muhammadiyah, termasuk dalam menghadapi gejala syirik, bid’ah dan khurafat, (Dakwah Kultural Muhammadiyah terbitan tahun 2004). Jika diperhatikan secara seksama, objektif, dan jernih maka konsep dan pemikiran dakwah Muhammadiyah yang lahir sebelumnya, maka sesungguhnya sudah lengkap pemikiran, pendekatan, metode, dan hal-hal lain seputar pemikiran dakwah dalam  Muhammadiyah.
Ini akan menjadi permasalahan tersendiri dalam menjalankan roda dakwah, dan harus mendapat perhatian serius untuk dicarikan solusinya. Diantara solusi yang bisa kita upayakan adalah sebelum kita mulai aktivitas dakwah kita harus terlebih dahulu mengetahui siapa yang akan kita jadikan sasaran dakwah. Dengan kata lain betapa pentingnya kita mengetahui budaya, kultur, dan trend yang sedang berkembang di masyarkat. Beda budaya berbeda juga pendekatan dakwah yang kita terapkan. Misalkan sasaran dakwah kita komunitas seniman, maka dakwah yang kita terapkan melalui seni. Dengan kata lain dakwah Islam dialaksanakan sebijaksana mungkin dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran dakwah baik kemampuan intelektual masyarakat (biqodri ukullihim) maupun kondisi psikologi perkembangan mereka.
 Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT .
ادع الي سبيل ربك بالحكملة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن..(النحل 125)
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”.
            Namun demikian bukan berarti bahwa dakwah Islam harus menghilangkan eksistensi itu sendiri, karena budaya adalah fitrah manusia seperti dalam firman-Nya                  
يا ايها الناس ان خلقنا كم من ذكر و أنثي وجعلنا كم شعوبا و قبا ءل لتعرفوا...(ااحخرت 13)
“Wahai manusia sungguh, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”.
     Tetapi tugas dakwah adalah mengemas islam dalam bahasa kebudayaan  dalam arti luas,dan bahasa masyarakat yang di dalam al-qur’an di sebut bilisaani qoumihi.(Ibrahim:4)   
Sebagai respon positif terhadap aktifitas dakwah, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf  nahi munkar yang berlandaskan pada Qur’an dan Hadis dengan agenda utama purifikasi (pemurnian) dan dinamisasi membentuk sebuah konsep dakwah dengan istilah” Dakwah kultural Muhammadiyah”. Secara formal konsep dakwah ini digagas dan menjadi keputusan sidang  Tanwir di Denpasar Bali tanggal 24-27 januari 2002.
      Dakwah kultural yang dikonsep oleh Muhammadiyah mengandung pengertian upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (suara Muhammadiyah: 2002).
     Fokus dakwah kultural terletak pada penyadaran iman sehingga umat manusia bersedia menerima dan memenuhi seluruh ajaran Islam meliputi akidah, ibadah, akhlak dan muamalah dengan memperhatikan tahapan perubahan sosial berdasarkan pluralitas (keanekaragaman) sosial, ekonomi, budaya dan politik suatu masyarakat sehingga akhirnya tahapan ideal masyarakat Islami dapat tercapai. .
    Harapan besar kedepan dengan adanya konsep dakwah kultural ini bisa mamberikan trobosan baru dalam perkembangan dakwah, sehingga apa yang kita cita-citakan selama ini Islam sebagai rahmatan lil’lamin benar-benar terwujud dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Dengan tanpa menghilangkan budaya itu sendiri.
     “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk“Yassiruu walaa tu’assiruu, Basysyiruu walaa tunaafiruu” (mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan dibuat lari).
    Hikmah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah perkataan yang benar dan tegas yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.Dalam Muhammadiyah ayat ini sudah sangat sering disampaikan dan menjadi dasar Muhammadiyah dalam berdakwah, sehingga terciptalah konsep dakwah cultural.
     Dakwah kultural merupakan upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh  dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Dakwah kultural mencoba memahami potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya berarti memahami ide-ide, adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, norma, sistem aktivitas, simbol, dan hal-hal fisik yang memilki makna tertentu dan hidup subur dalam kehidupan masyarakat.
Dikatakan dakwah kultural, karena dakwah yang dilakukan menawarkan kultur baru yang bernilai islami. Dari ikhtiar untuk menawarkan kultur baru yang bernilai islami, dari teks Kitab Suci Al-Qur’an lahirlah seni baca al-Qur’an dan seni kaligrafi.
Ciri dakwah kultural adalah : dinamis, kreatif dan inovatif. Ciri dakwah kultural ini pernah dipraktekkan Rasulullah SAW, ketika memperlakukan Tsumamah bin Utsal, kepala suku Bani Hanifah. Kreatifitas dan inovasi kultural dalam berdakwah juga dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan, dengan mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan dan lain-lain.
Secara substansial misi dakwah kultural adalah upaya melakukan dinamisasi dan purifikasi. Dinamisasi bermakna sebagai kreasi budaya yang memiliki kecenderungan untuk selalu berkembang dan berubah ke arah yang lebih baik dan islami. Purufikasi diartikan sebagai usaha pemurnian nilai-nilai dalam budaya dengan mencerminkan nilai-nilai tauhid.
 Konsep Dakwah Kultural
Setelah memahami pengertian dakwah, pengertian dakwah kultural, maka konsep dalam dakwah kultural dapat dipahami melalui  :
Dakwah kultural  dalam konteks budaya local Dakwah Muhammadiyah dalam  konteks budaya lokal berarti mencari bentuk pemahaman dan upaya yang lebih empatik dalam mengapresiasi kebudayaan masyarakat yangakan menjadi sasaran dakwh dan mengaktualisasikan  gerakan dakwah Islam dalam realitas kebudayaan masyarakat Indonesia secara terus menerus dan berproses sehingga nilai-nilai Islam mempengaruhi, membingkai, dan membentuk kebudayaan yang Islami. khususnya di kalngan umat Islam, melalui pendekatan dan strategi yang tepat Dakwah kultural  dalam konteks budaya global Muhammadiyah perlu mengkaji  secara mendalam titik-titik silang antara Islam dan budaya global, baik secara teoritik maupu empirik, untuk keberhasilan dakwah , seperti : memperhatikan substansi atau pesan dakwah, memperhatikan pendekatan dan strategi dakwah, memperhatikan media atau wahana dakwah dan memperhatikan pelaku atau subjek dakwah.  Maka dari itu Muhammadiyah perlu memperluas khazanah dakwahnya agar sesuai dengan pola perkembangan budaya global. Dakwah kultural  melalui apresiasi seni Budaya termasuk seni khususnya  adalah ekspresi dari perasaan sosial  yang bersifat kolektif sehingga merupakan ungkapan yang sesungguhnya  dari hidup dan kehidupan masyarakat. Muhammadiyah mengembangkan dakwah kultural melalui apresiasi seni, dengan pengembangan seni yang ma’ruf untuk kepentingan dakwah Islam. Adapun untuk seni yang belum makruf maka perlu dilakukan melalui tahap seleksi  dan pemilahan secara syar’I, tahap intervensi nilai dan rekayasa isi, tahappenguatan dan pengembangan seni sehingga bisa menjadi seni yang ma’ruf. Maka dakwah kultural Muhammadiyah bisa berperan untuk melahirkan inovasi dan kreasi. Dakwah kultural  melalui multimedia Dakwah melalui multimedia merupakan aktivitas dakwah dengan memanfaatkan berbagai bentuk tekhnologi informasi dan komunikasi sebagai media atau wahana pencapaian tujuan dakwah. Dakwah lewat multimedia dapat melalui media cetak, media elektronik, media virtual atau internet.  Adapun agenda yang perlu dilakukan Muhammadiyah  menyangkut aspek persepsi atau wawasan, aspek sumberdaya manusia, dan kelembagaan, serta aspek kegiatan /program .Dakwah kultural  gerakan jamaah dan dakwah jamaahDakwah kultural sebenarnya merupakan kelanjutan dari program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah bisa menjadi media bagi dakwah kultural dengan fokus pemberdayaan dan pengembangan masyarakat melalui pembentukan jamaah sebagai satuan sosial (komunitas), menjadi penting dan mendesak untuk direalisasikan

Dakwah Cultural adalah cara berdakwah dengan cara perdekatan budaya. Budaya, tradisi dan adat istiadat yang sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat dihargai, kemudian dikemas dengan nilai-nilai Islam sehingga lambat laun masyarakat dapat meninggalkan tradisi yang berbau TBC (takhayul, bid’ah, khurafat) dengan peribadatan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnahRosul.

*) disampaikan pada pengajian ahad kliwon, 10 februari 2013 di kompleks Masjid Baitul Makmur Kunden Sidoarjo Imogiri yang diselenggarakan oleh MTDK PCM Imogiri dengan dukungan jamaah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar